25 tahun ke atas. Mereka enjoy saja sudah berusia 35 tahun belum juga menikah. Padahal dulu, malu diberi gelar pertu atau perawan tua. Karena sebelumnya mayoritas pernikahan terjadi pada pasangan usia muda.
Kini trennya, banyak pasangan sejoli yang menunda pernikahan dengan kohabitasi. Masih ingat kohabitasi? Dua orang berlawanan jenis serumah tanpa ikatan perkawinan. Alasan mereka ingin menjajaki pasangan.
Jadi, potensi resesi seks di Indonesia ada? Ya ada, tapi bisa jadi sangat panjang, karena usia pernikahan di daerah pedesaan semakin lama masih semakin meningkat. Norma agama pun masih dipegang teguh oleh mereka.
Apa saja penyebab terjadinya resesi seks?
Pertama, usia pernikahan mundurÂ
Mundurnya usia pernikahan menurut beberapa penelitan karena menempuh pendidikan atau studi. SMA/SMK/MAN lalu kuliah. Sarjana kemudian mengambil profesi. Misalnya kedokteran dan keguruan. S1 selama 8 semester atau 4 tahun dan keprofesian 1 tahun.
Tamat SMA usia 18 tahun + 4 tahun S1 + 1 tahun profesi + mencari kerja + kerja 2 tahun = menikah.
Usia 25 tahun baru menikah. Motto, tunda menikah sebelum sarjana merupakan program pengentasan kemiskinan saat ini.
Kedua, keenakan berkarier
Tak jarang, perempuan jika sudah bekerja keasyikan. Mereka lupa usia jika sudah berkarier. Uang mengalir. Pekerjaan dengan beragam tuntutan. Pulang kerja sudah senja. Malam hari tubuh sudah lelah. Esok bekerja lagi.
Begitu siklus perjalanan hidup wanita karier. Membuat mereka lupa waktu. Merasa tak butuh menikah. Tak menikah tentu tak beranak. Fenomena wanita karier banyak terjadi di kota-kota besar.