Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kisah Akhir Sekolah Circle Zian

28 September 2022   23:29 Diperbarui: 29 September 2022   08:50 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini langit menawarkan warna birunya yang pekat. Awan saja tersingkirkan oleh si biru pekat itu. Dari ufuk timur pun matahari sudah merangkak menuju hampir sejajar kepala. Panasnya cukup membuat gerah tubuh apalagi berada di luar kelas.

Kuayunkan tangan kanan yang bebas beban. Sedang tangan kiri menggenggam satu buku besar dan satu tas tenteng. Kulangkahkan kaki menuju kelas 9L. Dengan senyum sedikit dipaksa, aku menyapai anak-anak yang kujumpai di koridor kelas.

Pergantian jam seperti saat ini memang moment bagi generasi-generasi Z ini untuk mendapat legalitas keluar kelas. Alasan mereka beragam ke toilet, minjam buku, mengembalikan buku, dan ada yang mau dibeli ke kantin atau koperasi sekolah.

Usia 14-15 tahun mereka selaku remaja memang tak betah duduk lama di kelas. Apalah bedanya denganku saat seusia mereka. Hanya saja, aku selaku generasi milenial lebih banyak akal dari mereka. Biasanya aku izin keluar kelas ketika jam pelajaran sisa 20 Menit lagi. Maka 10-15 menit aku bermain di luar kelas dengan izin. 5 menit jelang jam guru habis aku masuk kelas lagi.

Dengan demikian namaku si tukang keluar kelas tak akan tercemar. Baik guru yang sedang mengajar maupun guru yang b1erikutnya tak menyorotiku. Apalagi menggunjingku di kantor guru. Aman begitulah istilah kami dulu di sekolah.

Sekarang aku sudah mencapai kelas 9L. Ketika aku sampai di dekat pintu masuk, guru yang mengajar sebelumku keluar. Kami bertukar senyum.

"Zian baru masuk jelang jamku habis, Bu Nana." Lapor beliau guru matematika.

" Dia dipanggil ke ruang Kepala Sekolah, Bu Lia. Dia dan 6 temannya dipergoki sedang menghisap rokok elektrik di toilet cowok." Jelasku panjang kali lebar.

"Oh, sudah diproses." Syukurlah jawab Bu Lia sambil melengos pergi.

Kami guru memang sudah tahu dari kuping ke kuping kasus Zian dan teman-temannya. Berenam mereka dipergoki tukang instalasi air di sekolah sedang asyik menghisap vape rokok elektrik di toilet. Segera beliau menggiring anak-anak remaja itu ke kantor guru mungkin karena panik mendapati hal ini.

Harusnya mereka digiring ke ruang BK. Namun, ruang BK, ruang wakil kepala, dan ruang kepala sedang kosong. Makanya digiring ke kantor menemui wali kelas yang ada. Kebetulan kami para wali kelas sedang jam kosong di kantor. Akhirnya, banyak guru kelas yang tahu.

"Mana surat perjanjian, mu Zian?" Tanyaku lembut kepada  siswa yang baru keluar dari ruang Kepala Sekolah itu.

"Tak ada, Bu." Jawab Zian bingung.

"Tak ada? Kenapa tidak ada. Bukannya kamu sudah  dari ...?" Tanyaku heran. 

"Betul,Bu. Tak ada." Ia menjawab sambil senyum-senyum. 

"Dia kesayangan guru BK, Bu!" Koor anak-anak sekelas menjawab.

"Benarkah?" Tanyaku ragu kepada seorang anak.

"Hmmm." Jawab Rara seadanya.

"Afan, mana Zian?" Tanyaku lagi sambil melempar pandang ke bangku Afan.

"Masih di ruang kepsek, Bu." Jawab Zian ringan.

"Orang tuamu...?"

"Sudah pulang, Bu."

Dengan dahi berkerut aku menolehkan wajah ke semua penjuru kelas. Semua murid nampak senyam senyum. ' Huh... kok aneh ya?.'  Tanyaku dalam hati.

"Okelah jika memang demikian. Ananda beruntung sekali. Tak diskorsing, tak diberi sanksi, apa lagi surat perjanjian. Mungkin baru peringatan secara lisan, ya. Syukurlah semoga Ananda memanfaatkan moment langka ini." Jelasku sambil melangkah ke tengah kelas. Aku berdiri di posisi tengah kelas.

"Semoga kejadian itu hanya satu kali ini saja." Pintaku kepada mereka.

" Bu, saya lupa bawa pena. Mau beli pena." Acung telunjuk Zian sambil berujar. Aku hanya mengangguk pasrah. 'Kebetulan,' bisik hatiku.

"Eh, kok Ananda semua santai terhadap Zian ketika ibu tanya tadi?" Tanyaku menyelidik setelah Zian keluar. Berharap mereka tak faham. "Maksud Ananda Zian kesayangan guru BK apa?" Tanyaku sambil mempermainkan alisku. 

"Vape elektrik itu sering dipakai Zian dan Afan di kelas, Bu. Saat jam kosong!" Seru seorang anak.

"Hahhh..." cuma itu yang keluar dari mulutku karena Zian masuk dengan memperagakan pena baru di tangannya. 

Sambil menggaruk kepala yang mendadak gatal aku berujar datar, "Sekarang kita masuk pembelajaran Teks Tanggapan kritis. Sebagaimana Ibu ingatkan pada hari Senin kemarin, kita hari ini akan menulis Teks Tanggapan Kritis. Masih ingat materi yang kita catat dan bahas Senin lalu bukan?"

"Tolong Ananda keluarkan kertas satu lembar. Kertas ini akan kita gunakan sebagai sarana mendiskusikan hal berikut. 

1. Apakah yang dimaksud Fakta dan aktual?

2. Berita hangat dan hot itu apa?

3. Apakah yang dimaksud lugas?

4. Apakah yang dimaksud logis?

5. Apakah yang dimaksud objektif?

6. Masalah apa yang sedang hot di Indonesia saat ini? Tulis 5 judul masalah yang Ananda ketahui!

Silakan Ananda diskusikan keenam pertanyaan ibu di atas dengan teman sebangkunya. Ibu kasih waktu 10 menit untuk Ananda berdiskusi. " Mereka pun mulai berdiskusi. Mereka asyik berdebat satu sama lainnya. Aku hanya bisa menatap mereka misterius.

Sedemikian beranikah Zian dan Afan? Sungguh mereka sangat berani. Memiliki vape rokok elektrik. Memakai di kelas. Mereka semua diam akan hal ini dan tak melaporkannya kepadaku selaku wali kelas mereka.

Memang beberapa minggu awal duduk di kelas 9 ini kedua anak ini aneh. Izin keluar di awal belajar dan di akhir belajar. Aku memaklumi mereka izin karena takut mereka bosan 3 jam pelajaran x 40 menit denganku. Tapi yang izin cuma berempat, Zian, Afan, Hari, dan Fawwas. 

Kukira itu kenakalan biasa saja. Hanya mengakali kejenuhan mereka duduk di kelas sepertiku saat sekolah dulu. Tapi... ternyata aku salah. Mereka bosan dan izin keluar karena si benda berasap itu. Apakah mereka berempat terlibat?

Sepuluh menit kemudian sepasang murid menunjuk. "Bu, udah siap. "

"Oke, silahkan Nak. Dibacakan ke depan hasilnya. Satu orang berperan sebagai MC dan satu lagi membacakan." Jelasku kepada mereka.

Kedua anak bernama Najla dan Suci itu pun maju. Sambil tersenyum Najla menautkan kedua telapak tangannya.

"Oke. Teman-teman. Assalamu alaikum warohmatulloh... wa barokaatuh." Sapanya ramah kepada teman-temannya. Suara lantang dan vokal bulat ciri anak sudah terlatih mengucap salam dan berbicara di depan umum menguar. Ini mampu mengobati hatiku yang teriris pilu.

Waalaikumussalam warohmatullahi wabarokaatuh....."jawab teman mereka koor.

"Baiklah teman-teman, Alhamdulillah kami berdua sudah selesai mendiskusikan 6 soal yang diberikan Bu Guru.  Saya selaku MC, Najla Raina dan teman saya selaku penyaji, Suci Berlian akan membacakan hasil diskusi kami. Kepada Suci Berliana, waktu dan tempat disilahkan." Najla memberi kode kepada Suci dengan tangan kanannya.

"Tunggu, sayang...!" Protesku. Aku maju menuju panggung kelas. "Bukan waktu dan tempat yang disilahkan, Nak. Tapi, kepada Suci Berlian, disilahkan. Oke. Kita ulangi lagi ya, Najla. Biar teman berikut tak salah Nak."

"Oke. Teman-teman. Assalamu alaikum warohmatulloh... wa barokaatuh." Ulang Najla ramah kepada teman-temannya. Suara vokalnya semakin mantap.

Waalaikumussalam warohmatullahi wabarokaatuh....."jawab temannya tak kalah semangat.

"Baiklah teman-teman, Alhamdulillah kami berdua sudah selesai mendiskusikan 6 soal yang diberikan Bu Guru.  Saya selaku MC, Najla Raina dan teman saya selaku penyaji, Suci Berlian akan membacakan hasil diskusi kami. Kepada Suci Berliana, disilahkan." Najla memberi kode kepada Suci dengan tangan kanannya.

Suci pun membacakan hasil diskusi mereka dengan lantang. Begitupun kelompok lainnya. Dua jam pembelajaran selesai menampilkan 15 kelompok. Seharusnya 16 kelompk tetapi Afan dan Hari belum keluar dari ruang kepsek.

Bel istirahat pun berbunyi. Akupun mengakhiri pertemuan dengan memberi 1 soal untuk mereka kerjakan di rumah. "Pilih salah satu masalah yang sedang hot pada soal nomor 6 lalu dicoba-coba menulis teks tanggapan kritis, Nak!" 

Di pintu keluar guru BK menungguku. "Bu Nana, ada orang tua Afan dan Hari menunggu di ruang kepsek." Akupun mengangguk dan berjanji menyusul. Namun, aku tak menyusul karena masih bingung. Kenapa Afan dan Hari masih di ruang kepsek sedang Zian sudah masuk kelas.

Tiba-tiba seorang anak menghampiriku. Ia pun berujar," Bu, kasus Zian Circle gimanana, Bu? Bu, sebetulnya Vape rokok elektrik itu punya bang Afan. Tapi, yang mengecas, membawa, dan menyimpan bang Zian. Yang memakai semua anggota Circle. Gak adillah Bu hanya bang Afan dan Bang Hari yang di-DO dari sekolah."

"Eh Tio, maaf ibu, Nak. Suer ibu tak faham maksud ceritamu ini," protesku sambil melangkah pergi. Di kantor guru pun ada keanehan, semua berkumpul di sudut ruangan mengerubungi seseorang. Ternyata salah seorang wakil kepala. Aku memainkan alisku.

"Final, Bu Nana. Mereka keluar dari sekolah. Zian, Afan, Fawwas, dan Hari. Selebihnya dalam pemantauan. Ada sekitar 11 orang. Mereka bikin konten yang membuat malu sekolah. Ini." Beliau pun memutar video. Terpampanglah di sana mereka joget-joget, merokok, dan menceracau. Berkata-kata kotor. Tertawa terbahak-bahak.

Lemas tulangku. Akupun terduduk. Meskipun mereka bukanlah anak kandungku tapi perilaku generasiku membuat sport jantung. Begitu dahsyat pengaruh Circle. 

Tahukah kamu circle atau Sirkel apa?
Arti sirkel? Sirkel adalah grup atau kelompok, komunitas, atau geng-genk.

Asal kata dari circle (inggris) yang artinya lingkaran . Jika digunakan dalam pertemanan atau pergaulan maka bermaksud menjelaskan lingkaran pertemanan atau pergaulan (terbatas). Karena sifatnya terbatas, lingkaran pertemanan ini biasanya memiliki anggota yang menyukai hal yang sama. Sayangnya, hal yang sama di sini lebih menonjolkan sisi negatif, seperti circle Zian ini. Kisah akhir sekolah yang memprihatinkan. Semoga ini hanya mimpi. Bukan nyata. 

Ketika aku terbangun semua masih sama. Ternyata kelas 9L itu baru wacana kami tahun depan. Akibat meningkatnya jumlah permintaan untuk sekolah di sini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun