Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tartil Mengangkat Harga Diri

12 September 2022   18:07 Diperbarui: 12 September 2022   18:10 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto ilustrasi: sindonews

Kenapa bukan aku??

Begitu pertanyaanku setiap ada yang diutus pergi lomba tartil. Untuk tunjuk tangan aku malu.*

Di suatu pagi, tanggal 11 Januari 2000 lahirlah seorang gadis lucu bernama Syaila. Gadis ini lahir dari keluarga sederhana dibesarkan dengan penuh kasih sayang. Selama ia di besarkan, tidak pernah sama sekali mengalami kesulitan.

Akan tetapi, ketika ia berumur 15 tahun, ia mendapat hinaan yang begitu jelek dari gurunya. "Mengapa harus dia??" Cemburu dalam hati. Syaila tidak pernah mendapatkan perlakuan seperti ini selama dia hidup.

Karena kecemburuan yang sangat besar pada Dinda, membuat Syaila iri dan sangat marah kepadanya. Dinda, dia adalah gadis seumuran dengan Syaila. Dinda memiliki banyak kelebihan daripada Syaila.

Tapi Dinda juga memiliki sisi buruk nya. Dinda memang pintar, tapi tidak rendah hati. Dia merasa dirinya lah yamg paling hebat dibanding dengan yang lainnya.

Suatu hari, diumumkanlah sebuah lomba keagamaan di sekolah. Dinda selalu jadi pilihan para guru, sedangkan Syaila tidak.

"Dinda kamu besok ikut lomba ya,"  ujar ibu guru di pembicaraan antara mereka bertiga.

"Maaf Bu, Dinda besok ga bisa karena ada acara di rumah". Sontak Syaila pun lega dan ia pasti akan dipilih untuk lomba itu. "Kalau bisa ikut aja besok ya, ga ada yang bisa dipilih selain dari kamu untuk lomba ini".  

"Whattt?? IBUK AKU JUGA BISA LO", KENAPA BUKAN AKU AJA?", Syaila bergumam dalam hati.

"Tapi sepertinya tidak bisa buk, ini acara yang penting bagi Dinda". Dalam hal ini Syaila ingin menyodorkan dirinya dan mencari perhatian kepada ibu gurunya.

Tapi tidak, " Baik lah, ibuk cari yang lain aja". Perlahan ibuk Dina pun menghilang dari pandangan mereka berdua.

Tak lama setelah itu , Dinda berkata, "Aii kamu pasti mau ikut lomba itu kan?"

"Tidak". Dalam hatinya " ya iya lah masa iya ga ikut, itu lomba yang aku nanti selama ini lo TARTILLL." Tapi Syaila malu mengakuinya.

"Baguslah kalau gitu, kalau kamu ikut nanti ga menang gimana? Suara kamu lagi serakk , kamu juga belum belajar dalam tentang Tartil ini". Cetus Dinda tanpa dosa.

"Dinda, masalah menang ga menang ga usah di pikirin dulu, itu nantinya bakalan nurut kalau kita ber ikhtiyar dan tawakkal sama Allah. Kamu ga usah ngomong  gitu sama  aku. Yang  menyuruh ikut kamu?"

"Gak, soalnya  kamu belum belajar kayak aku, belum sesempurna aku, dan belum sehebat aku. Aku aja yang udah berlatih sesusah ini pernah ga menang , apalagi kamu??"

Medengar itu hati Syaila terasa sangat tersinggung. Pertama kalinya ada orang yang mengatakan dirinya seburuk itu.

Orang tua yang sudah membesarkannya pun tidak pernah menyakiti perasaannya seperti ini. "Aku tau, aku belum sehebat kamu, tapi aku akan selalu berusaha dan belajar untuk apa yang ingin aku gapai selamjutnya," jawab Syaila dengan air mata mulai berkaca-kaca Syaila meninggalkan Dinda dengan hinaan yang telah diberikan kepadanya.

Akhirnya, Buk Dina telah mendapat orang untuk lomba itu, Ternyata tetap Dinda. Dinda ga jadi ikut acara keluarganya karena ia ingin membuktikan kalau ia adalah yang terbaik dari siapapun. Hari lomba tiba, Dinda dengan nomor peserta 008 akam membacakan ayat yang telah ditentukan.

Dengan wajah gembira ia membacakan dan Alhamdulillah meraih kemenangan. "Yeyyy, aku menang , memang benar ya aku sangat hebat." Karena kemenangan Dinda Bu Dina sangat banggaa kepadanya." Wah Nak, tidak salah ibuk memilih kamu."

Esok hari,  sesampainya di sekolah Syaila melihat Dinda yang  ceria membawa piala kemenangannya." Wah kamu menang, selamat ya."

Detik berikutnya, Bu Dina datang dan berkata pada Dinda, " untuk lomba selanjutnya kamu harus lebih baik ya Nak, kamu hebat, ibu selalu support kamu."

Mendengar itu Syaila bergumam dalam hati, "Andaikan Syaila juga di pilih buk, Syaila bisa kok seperti Dinda, cuman ibuk gatau apa kelebihan yang Syaila punya, ibuk selalu memilih Dinda yang jadi anak kesayangan ibuk, sementara Syaila gak, " terkadang diam bukan berarti dia tidak bisa melakukan apa apa."

Sejak itu Syaila sangat iri pada Dinda, tapi dalam hati saja. Ia hanya sabar dan selalu berusaha terus belajar di tempat mengaji. "BERAKIT-RAKIT KE HULU, BERENANG-RENANG KETEPIAN, BERSAKIT-SAKIT DAHULU BERSENANG-SENANG KEMUDIAN". Syaila terus berusaha dan berusaha menghibur diri sendiri.

Hingga suatu saat ada sebuah Masjid mengadakan lomba Tahfiz. Syaila tidak mau hanya diam saja lagi. Dia akan mengatakan kepada buk Dina. Dia harus mencoba.

"Assalamualaikum, Buk," Syaila masuk ke ruang majelis guru. Ia gemetar. Takut ditolak.

"Kedatangan saya ke sini mau mengatakan kalau Syaila mau ikut lomba, Buk. Dinda dan bu Dina kaget. Dinda bahkan sontak membalik ketika mendengar suara Syaila yang saat itu ia juga berada di kantor guru, yang sedang membicarakan lomba itu juga.

Dinda yang selalu di pilih tentu santai saja. Sementara Syaila, jantungnya berdetak kencang, seperti mau mati saat ini.

"Memangnya  kamu bisa Syaila? Nanti bikin malu ibuk lho. Sebetulnya kalian tenang , kalian berdua bisa ikut kok, karena pesertanya 2 orang per sekolah, tapi kalian berdua harus melakukan yang terbaik, ya."

"Baik, Buk, Syaila akan berusaha."

Dinda yang mendengar itu juga bilang, "Dinda kan selalu menang, Buk, untuk lomba kali ini akan menang juga." Ia sedikit melotot pada Syaila dengan wajah sinis. Pembicaraan habis ketika bel masuk berbunyi.

Hari yang dinanti-nanti tiba. Di hari perlombaan semua peserta masuk ke Masjid Jami' Batu Palano. Begitu juga dengan Syaila, Dinda dan Buk Dina. Mereka masuk. Setelah beberapa peserta tampil, tibalah saatnya Dinda yang tampil.

Ketika selesai tampil, Bu Dina berkata,"Dinda kamu selalu bagus, ya ibu jadi heran." Mendengar itu --- Hati Syaila merasa sangat tertekan .  KENAPA HARUS DIA YANG SELALU DI PUJI??? KENAPA AKU TIDAK ?? Begitulah jiwa asli manusia suka cemburu.

Akhirnya, giliran Syaila. Nomor peserta Syaila pun dipanggil. " Selanjutnya peserta nomor lot 25." Jantung Syaila berdetak kencang, karena hari ini hari yang paling berharga bagi Syaila, ia juga ingin dipuji oleh bu Dina sama dengan Dinda. Sekaranglah waktunya untuk membuktikan kalau ia juga bisa seperti Dinda.

"Alhamdulillah ya Allah, ternyata sudah selesai, semoga Syaila sukses ya Allah,Aamiin".  Syaila menghibur diri sendiri karena ia tak melihat bu Dina dan Dinda. Entah kemana guru dan temannya itu.

Hingga tibalah  pengumuman juara. Juara ketiga dan kedua sudah di sebutkan, tinggal juara pertamanya. Apakah nomor 24 , nomor lot Dinda , atau nomor 25??

"Baiklah ini lah sang juara pertama kita, pemegang nomor lot duaaaa puluuuhhhh  dua puluh? LIMAAAAAA...!!

"HAA???? Serius kah ?? Alhamdulillah  terima kasih ya Allah, telah mengabulkan doa ku," kata Syaila dengan berlinangan air mata kebahagiaan di wajah Syaila. 

Bu Dina tiba-tiba mengatakan "Wah selamat Syaila, ternyata kamu bisa, ga nyangka kamu bakalan menang. Kok bisa, maafin ibu ya karena tadi tidak menyimak kamu tampil. Ibu tiba-tiba lapar.  Jadi ibu ke kantin dengan Dinda. 

Perih hati Syaila. Namun, ia bangga kali ini bisa ikut lomba Tartil. Selama ini gurunya tidak pernah memilihnya. Bertanya pun tidak. Harusnya  seleksi dahulu.

Melihat Syaila menang dan Dinda kalah. Dinda merasa dia telah sombong dengan semua hal. Dia selalu mengatakan kalau dirinya lebih baik daripada Syaila, padahal Syaila juga memiliki kelebihan. Buktinya hari ini menang.

"Maaf ya Syaila, selama ini aku selalu merendahkan kamu, menghina kamu dan menyinggung perasaan kamu, aku minta maaf".  Dinda sangat menyesal karena kejadian ini dan ini adalah pelajaran berharga bagi Dinda bahwa jangan pernah sombong. Sombong adalah kunci kegagalan, kalau ingin sukses maka berusaha dan bertawakallah.

"Iya gapapa kok Syaila, aku tau memang kamu banyak kelebihan dari aku, tapi setiap orang punya kelebihan masing masing, jadi jangan pernah kita merendahkan orang lain sebelum melihat diri kita dahulu."

Dari kejadian ini Syaila mengambil hikmah bahwa " kunci sukses adalah  berusaha, berdo'a, dan bertawakal kepada Allah." Harus berani menyampaikan keinginan kepada guru. Bisa jadi guru kilaf menyeleksi. Setelah peristiwa ini Syaila selalu merasa bahagia walaupun ada masalah Syaila hanya menyerahkan masalahnya kepada Allah. Dia selalu berdoa yang terbaik kepada Allah swt.

Tahun pun demi tahun berlalu, Syaila yang dulu telah beranjak dewasa. Ia meniti karirnya hingga sukses mengikuti kejuaraan tartil. Dari kejadian tahun yang telah lalu itu, membuat dirinya selalu berusaha sebaik mungkin untuk mendapatkan cita-cita nya menjadi pembaca Al Quran yang baik.

Untuk saat ini Syaila telah mengabdikan hidupnya dengan Al Quran. Ia ingin membahagiakan orang tuanya dulu. Ingin membuat orang tuanya bangga akan dirinya, dan ingin membuat orang tuanya naik haji. Ini lah impian terbesar Syaila hingga saat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun