Semenjak itu, Ia terus bertanya . Awalnya Ia memang bertanya tentang pelajaran. Tapi kemudian, Ia juga menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan kepribadian. Bagi remaja labil yang baru memasuki masa pubertas seperti dirinya ini, hal-hal kecil dan sepele itu malah membuatnya menyukai cowok itu.
"Kayla, kamu suka warna apa? Suka binatang apa? Kalau pelajaran, kamu sukanya pelajaran apa?"
"Aku suka warna biru. Kalau hewan aku suka kucing. Kalau untuk pelajaran ... hampir semua pelajaran aku suka kok!"
Lanjutan cerita Kayla pada merpatinya sore itu...
"Wiii, pantas saja nilaimu tinggi!" Begitu mendapat pujian darinya, aku begitu tersipu. Dan seterusnya pun begitu. Ia terus bertanya hal-hal kecil begitu kepadaku.
Tak terasa, telah dua bulan berlalu. Kami kemudian masuk sekolah secara _offline_ untuk pertama kalinya. Aku merasa gugup, karena aku akan bertemu dengannya--dengan orang yang telah membuatku jatuh cinta walaupun secara _online_, Aku akan bertemu dengan Rei.
"Hai, namamu siapa?" tanya seorang gadis yang memberhentikan lamunanku.
"Ah, aku Kayla. Kamu siapa?"
"Aku Laura. Salam kenal, ya. Mulai hari ini kita sahabat."
"_Oky_."
Hari-hari pun berlalu, kami kemudian diberi tugas oleh guru olahraga melakukan senam lantai secara berkelompok. Aku sekelompok dengan Laura, Keke--temanku yang lain--, Rafael--sahabatnya Rei--, dan dengan Rei itu sendiri. Aku senang sekelompok dengannya. Aku harap ia juga begitu. Tapi, sayangnya ....