Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Pengalaman Menyakitkan dengan Serigala Berbulu Domba

7 September 2022   19:52 Diperbarui: 7 September 2022   20:11 641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Serigala berbulu domba | Wordpress.com

Pagi yang buram merpatiku. Kamu tak bisa keluar pagi ini, sayang. Nanti ya sepulang aku sekolah, aku ajak deh kamu main. Meski cuma makan di kandang, kamu tetap harus semangat ya...pesannya kepada merpati-merpati di kandang.

*Pengalaman Menyakitkan*

Ya, tatapan para merpati itu mengisyaratkan rasa iba kepada sahabat mereka itu yang sedang galau usai berakhir pembelajaran daring. Kayla dengan pengalaman menyakitkannya.

"Sakit rasanya jika dibeginikan, Rei," ucapnya.

Hai, semuanya! Perkenalkan, dia Kayla. Dia murid dari Sekolah Menengah Atas favorit. Yap, seperti yang telah kalian baca di atas, dia menceritakan pengalaman yang cukup menyakitkan baginya kepada kami si merpati temannya. Semua hal ini terjadi berawal dari dia masuk sekolah.

Hari pertama masuk sekolah, sampai hingga dua bulan setelah hari pertama, kami para siswa melaksanakan pembelajaran secara daring atau _online_. Ya ... mau bagaimana lagi .... Pada saat itu, negeri ini sedang dilanda wabah penyakit yang mematikan. Untung saja, pandemi itu hanya berlangsung sementara.

Yang namanya belajar, tentu saja ada tugas. Jadi, ada seorang temannya yang selalu men-_chat_ dirinya. Namanya Rei.

"Assalamualaikum Kayla, gimana cara bahasa Inggris itu sih? Tunjukin dong .... Kamu 'kan hebat soalnya ..., " pinta Rei sambil merayu.

"Waalaikumussaalam, boleh aja. Jadi ... pada bahasa inggris itu pakai _'is', 'am', dan 'are'_. Yang _'is'_ untuk _'she', 'he'_, dan _'it'_. Kalau _'am'_ itu untuk _'i'_. Sedangkan, yang _'are'_ untuk _'you', 'they', dan 'we'_," jelasku padanya panjang lebar.

"Wah makasih banyak, ya."

Semenjak itu, Ia terus bertanya . Awalnya Ia memang bertanya tentang pelajaran. Tapi kemudian, Ia juga menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan kepribadian. Bagi remaja labil yang baru memasuki masa pubertas seperti dirinya ini, hal-hal kecil dan sepele itu malah membuatnya menyukai cowok itu.

"Kayla, kamu suka warna apa? Suka binatang apa? Kalau pelajaran, kamu sukanya pelajaran apa?"

"Aku suka warna biru. Kalau hewan aku suka kucing. Kalau untuk pelajaran ... hampir semua pelajaran aku suka kok!"

Lanjutan cerita Kayla pada merpatinya sore itu...

"Wiii, pantas saja nilaimu tinggi!" Begitu mendapat pujian darinya, aku begitu tersipu. Dan seterusnya pun begitu. Ia terus bertanya hal-hal kecil begitu kepadaku.

Tak terasa, telah dua bulan berlalu. Kami kemudian masuk sekolah secara _offline_ untuk pertama kalinya. Aku merasa gugup, karena aku akan bertemu dengannya--dengan orang yang telah membuatku jatuh cinta walaupun secara _online_, Aku akan bertemu dengan Rei.

"Hai, namamu siapa?" tanya seorang gadis yang memberhentikan lamunanku.

"Ah, aku Kayla. Kamu siapa?"

"Aku Laura. Salam kenal, ya. Mulai hari ini kita sahabat."

"_Oky_."

Hari-hari pun berlalu, kami kemudian diberi tugas oleh guru olahraga melakukan senam lantai secara berkelompok. Aku sekelompok dengan Laura, Keke--temanku yang lain--, Rafael--sahabatnya Rei--, dan dengan Rei itu sendiri. Aku senang sekelompok dengannya. Aku harap ia juga begitu. Tapi, sayangnya ....

"Tidak. Aku tidak mau sekelompok dengan mereka, Buk. Aku maunya sekelompok dengan Cici." Rei mengucapkan kalimat itu berkali-kali. Tapi, setiap ditanya alasannya apa, dia malah tidak menjawabnya.

Cici adalah sepupuku. Ia anak piatu, alias ibunya telah tiada ketika melahirkannya. Walupun begitu, banyak orang yang mengaguminya.  Dia cantik, tomboi dan ahli dalam olahraga. Dulunya kami begitu dekat. Tapi tidak dengan sekarang.

Disaat sedang diskusi, Rei hanya diam dan tidak mendengarkan penjelasan kami. Akhirnya, Aku pun memberanikan diri agar berbicara dengannya untuk yang pertama kalinya.

"Rei, kamu kenapa? Kok melamun?" tanyaku padanya.

"Bukan urusanmu, bodoh!" bentaknya. 

Mendengar kalimat itu, kami semua sontak kaget. Terlebih lagi aku. Aku kaget, ia sama sekali berbeda dengan dia yang _online_. Seperti serigala berbulu domba. Ketika online lembut dan baik. Lah pas face to face kasar.

"Mengapa kau membentaknya? Apa salahnya jika Kayla hanya bertanya padamu!" Berang Laura pada Rei.

Keke juga turut menambahkan, "Iya! Apa salahnya, haaahhh?!"

"Oooh, kalian mau tau mengapa aku benci dia? Aku tidak mau sekelompok dengan kalian karena ada dia! Lagipula, aku muak melihat wajah polosnya!!" teriak Rei yang semakin meninggikan suaranya.

"Ooh, jadi kamu banding-bandingin teman," balas Keke yang mulai kehabisan kesabaran "Biar kutebak, kau mau sekelompok dengan Cici karena dia cantik?!?!?" sambungnya tak habis pikir.

"Oh, tentu saja dia begitu sempurna. Tak seperti Kayla,yang dengan polosnya mau menjawab semua pertanyaan anehku padanya." Semua orang terkejut mendengarnya.

"Apa maksudmu?" tanyaku menahan isak tangis dalam-dalam.

"Ya, kau begitu polos. Kau ingat saat aku bertanya tentang kepribadianmu itu? Itulah yang membuatmu jatuh cinta padaku, ya 'kan? Apakah kau tau? Aku hanya iseng dan aku bahkan sebenarnya tak ingin sekelas denganmu! Kau tau kenapa ayahnya Cici meninggal, bukan?!"

"Apa maksudmu?" tanyaku sekali lagi, sedikit sakit hati karena difitnah, apalagi fitnahan yang dia lontarkan begitu dangkal.

"Ah, kau pura-pura tak tau .... Cici berkata padaku, kalau kau yang membunuh ayahnya!!!!"

"Mana mungkin aku membunuh pamanku sendiri! Jelas-jelas dia memfitnahku!! Lagipula, paman masih hidup!!"

"Oh ya? Aku tidak percaya padamu ... dan aku tidak akan pernah percaya padamu! Dan satu hal lagi, aku tidak cinta padamu! Aku cinta dengan Cici!"

Begitu mendengar perkataan itu, semua air mata yang susah payah kutahan akhirnya luruh juga. Aku menangis terisak-isak. Hati ini begitu perih mendengarnya. Sudah pecah berkeping-keping bak kaca rapuh.

"Heh, menangis pun tak akan ada yang mau menampung air matamu itu."

Plak.

Keke dan Laura menampar Rei bersamaan. Memerahlah kedua pipi Rei dibuatnya. Biar kutebak, pasti sekarang pipinya berdenyut perih menerima tamparan yang keras itu. Tapi, perih yang ia rasakan tak seperih yang baru saja aku rasakan.

"Berani-beraninya kau!! Jika kau memang tak suka padanya, setidaknya hargai dia!!" bentak Laura yang sudah muak akan hal ini.

"Heh, menghargai? Lelucon macam apa itu?!" tanyanya terkesan mengejek dan disertai tawa jahat.

"Laura benar Rei .... Mengapa kau menjatuhkannya? Walaupun kau tidak suka padanya, setidaknya hargai dia .... Lagipula, jika kau masih menyebut nama Cici dan tetap ingin sekelompok dengannya, pergilah."

Rafael masuk ke dalam pembicaraan dengan nada tertahan, ia menahan amarah karena kelakuan temannya ini "Satu hal lagi, kita tidak usah berteman lagi!" ucap Rafael terlampau muak, membuat Rei terkejut. Sahabat karibnya, kini telah berpaling darinya.

"Cih! Baiklah! Toh, aku juga tak mau di sini!"

"Aku yakin kau akan sengsara di sana, Rei," ucap Rafael begitu pelan sambil menatap punggung Rei lekat-lekat sambil senyum smirk.

Akhirnya, Rafael, Laura, dan juga Keke berusaha untuk menenangkanku.

Besoknya, kami merubah rencana. Kami telah memutuskan, kami akan mencari materi bersama-sama dan tampil bersama-sama juga. Tanpa Rei.

Tibalah saatnya waktu penampilan senam lantai. Pak guru menyuruh kami untuk sedikit berhias. Sedikit memalukan, tapi ini demi nilai.

"Hai, Kay! Lihat! Rei melihat terus ke arah kita! Sepertinya yang kukatakan itu benar adanya? Dia sengsara di sana, hahaha!" ucap Rafael dengan penuh semangat.

"Aku tidak peduli lagi dengannya, Raf."

"Ooh, oke. Baiklah kalau begitu. Aku hanya ingin menertawakan dirinya yang malang."

Setelah tampil, ternyata kelompokku yang paling bagus.

"Hore!! Kita menang!!" Sorak kami bergembira. Namun, kebahagiaan itu tercekat saat Rei tiba-tiba saja datang mendekat.

"Emmm, Kay ... a-aku minta maaf telah membentakmu saat itu. Aku menyesal. Apa yamg dikatakan Raf benar. Aku sengsara di sana. Mereka tak mempedulikan diriku." Mata Rei terlihat memohon.

"Maaf ya Rei, tapi aku tidak bisa. Karena sakit rasanya jika dibeginikan, Rei," ucapku. 'Plin-plan ini cowok.'

"Kumohon Kayla .... Maafkanlah diriku ini. Mari kita berteman lagi seperti saat daring."

"Heh! Dia tidak mau memaafkanmu! Jadi, pergi aja sana, hus hus!" Usir Keke.

"Ya udah dibilangin, malah keras kepala. Eh, tau-taunya malah rengek-rengek sekarang," imbuh Rafael.

Sudahlah .... Ayo, kita tinggalkan saja dia," ajak Laura.
       

"Maaf ya, Rei. Aku tidak bisa," ucapku sambil tersenyum. Tersenyum hambar. Bagaimanapun tentu tak semudah itu menghapus Rei dari ingatannya. Nampak wajah penuh sesal Rei. Ia begitu terpukul.

Ia menyesal dengan apa yang telah ia perbuat. Persahabatan mereka hancur karena ulahnya sendiri.

Sebaliknya, Kayla bahagia sekarang. Akhirnya ia tahu bahwa Rei baik padanya karena ada udang di balik batu. Rei baik karena memanfaatkannya untuk mengerjakan tugas. Julukan serigala berbulu domba  memang pas buat Rei.

Memang itulah motif Rei. Sekarang karena tak ada lagi teman seperti itu yang ia punya. s

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun