Mohon tunggu...
Rifatul Maula
Rifatul Maula Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Manusia biasa yang tak lepas dari sambat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Analisis Puisi Bunga dan Tembok Karya Wiji Thukul

22 Mei 2021   18:31 Diperbarui: 22 Mei 2021   18:53 8031
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Amanat 

Amanat dalam puisi Bunga dan Tembok adalah sebagai rakyat kecil harus memperjuangkan hak-hak. Apalagi jiwa rumah dan tanah telah dirampas.

 Kajian Berdasarkan Tinjauan Pengarang

Wiji Thukul adalah penyair yang gigih, baik dalam memperjuangkan gagasannya maupun dalam memperjuangkan hidup dan kebenaran yang diyakininya. 

Wiji Thukul mampu dengan tepat menggambarkan keterwakilan kelas sosialnya. Dia menganggap bahwa kemiskinan bukanlah hadiah dari Tuhan, melainkan peluang dan kesempatan hidup layak yang telah dirampas oleh penguasa. 

Wiji Thukul yang merasa menjadi bagian dari realita itu merasa bahwa sebuah perubahan dan perlawanan harus dilakukan. Maka dari itu, muncul lah pusisi-puisi Wiji Thukul sebagai respon terhadap penguasa yang bertindak sewenang-wenang.

Puisi Wiji Thukul banyak bertemakan suka duka masyarakat kecil. Penyair juga menyuarakan kesenjangan ekonomi akibat kebijakan politik ekonomi pemerintah Orde Baru. Hal inilah yang menjadi ciri khas karya-karya Wiji Thukul. 

Indonesia digambarkan menggunakan bahasa lugas dan mudah dipahami. Hal inilah yang membuat penyair cedal ini menjadi penyair yang ditakuti dan dijadikan buronan, selain juga karena sepak terjangnya sebagai seorang aktivis.

Wiji Thukul tampak menginginkan puisinya dapat dijadikan bahan perenungan oleh siapapun yang membacanya. Wiji Thukul cenderung menuliskan pengalaman sehari-hari yang sangat dekat dan melekat dengan kehidupan nyata. Seperti contoh puisi yang menggambarkan tentang jurang pemisah antara penguasa dengan rakyat yaitu puisi yang berjudul Bunga dan Tembok.

Dalam puisi Bunga dan Tembok, Wiji Thukul mencoba untuk menguak kesewenang-wenangan pemerintah, menguak kehidupan yang terjadi di masyarakat tempat pengarang tinggal serta lingkungan sekitarnya. Membuka kehidupan yang terjadi dalam masyarakat akibat tindakan kelompok-kelompok pemegang kuasa pada masa Orde Baru. Puisi tersebut juga menggambarkan bagaimana keadaan pemerintahan yang pada saat itu sangat otoriter, rakyat harus mengikuti segala yang diperintahkan oleh pemerintah

Bait-bait puisi Bunga dan Tembok diketahui memiliki unsur tarik menarik antara kepentingan rakyat dan penguasa. Sedangkan, penguasa pada saat itu, melakukan praktik kolaborasi kekuasaan, sehingga rumah-rumah rakyat pun digusur secara paksa, bahkan selalu diganggu keberadaannya. Berikut ungkapan Wiji Thukul atas bentuk dari kritik terhadap rezim Orde Baru:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun