dengan keyakinan: engkau harus hancur!
dalam keyakinan kami
di manapun tirani harus tumbang!
Dari pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa puisi berjudul Bungan dan Tembok pengarang ingin mencerminkan masa-masa Orde Baru.Â
Pengarang mengibaratkan rakyat kecil sebagai bunga, yang tumbuh tanpa diharapkan oleh para pemilik rumah. Bunga yang dicabut dan disingkirkan dari tanahnya sendiri. Di lain pihak, puisi ini mengibaratkan pemerintah sebagai tembok, yang menggusur bunga dari tanahnya sendiri.Â
Puisi Wiji Thukul menggambarkan kondisi dirinya dan orang sekitar dengan jujur. Bahkan Wiji Thukul mengatakan "Menulis puisi itu tidak beda dengan beribadah di gereja, ada pengalaman religius". Kesengsaraan yang digambarkan Thukul secara jelas dan jujur pada puisi-puisinya tidak dipaparkan dalam buku-buku sejarah. Sejarah kelam Indonesia serasa ditutup-tutupi kebenarannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H