Dari Al-Fatihah kita kembali kepada mereka yang terjebak dalam ilusi perasaan jahat hingga menimbulkan beberapa penyakit mental. Perasaan buruk itu banyak, salah satunya adalah merasa tak ada satu pun orang yang peduli pada mereka yang sedang dilanda masalah besar. Mengapa hal tersebut timbul? Sebab dalam pikiran dan hati mereka, rasa sakit yang terasa di dalam batin terlalu menusuk hati, sehingga tertutuplah sebagian pandangan realita yang terjadi di luar sana. Mereka menganggap diri sebagai orang yang paling berat menghadapi hidup, mereka menganggap diri sebagai orang yang punya tekanan hidup yang begitu besar. Semua ini terjadi karena mereka terlalu terpaku pada perasaan buruk itu.
Ketika perasaan buruk sudah terlanjur mengambil alih pikiran dan perasaan, seseorang akan terjebak dalam ilusi yang tak terhingga. Ia membenarkan diri bahwa hanya dia seoranglah yang paling menderita, menganggap bahwa hidup ini tak adil, sakit hati karena merasa tak ada orang yang peduli untuk menyelamatkannya, bahkan sampai tak menghargai hidupnya dengan mencoba bunuh diri. Aura negatif inilah yang menimbulkan luka-luka hati sehingga muncul yang namanya putus asa, depresi, gelisah dan lainnya.
Meskipun demikian, sebagai kerabat, sudah menjadi tugas bagi kita untuk membantu mereka yang berada di jurang kehancuran. Kepedulian walaupun terhitung sedikit, tapi akan menjadi hal berarti bagi mereka yang sedang berjuang melawan perasaan-perasaan negatif. Mereka butuh yang namanya dukungan, mereka butuh dorongan serta motivasi untuk tetap berada di jalur semangat. Dengan memberikan bantuan, Insya Allah mereka akan tetap terjaga dari jebakan ilusi perasaan negatif.
Tentu saja hal ini tidak mudah dilakukan. Namun setidaknya kita tidak mengabaikan mereka, mengatakan mereka itu lemah dan terlalu banyak mengeluh, atau menyalahkan mereka. Sebab, jika itu yang kita berikan, mereka hanya akan semakin tertekan. Lagi pula setiap orang berbeda-beda dalam menyimpulkan sesuatu, termasuk dengan cara kita membantu mereka.
Di sisi lain, penulis percaya bahwa tak akan ada satu orang pun yang dapat mengubah diri ini selain kita sendiri yang melakukannya. Memang benar, banyak orang yang awalnya putus asa lalu kembali semangat setelah ada kerabat yang mendukungnya atau memberinya motivasi. Tapi bagi penulis, alasan seseorang dapat keluar dari rasa putus asa adalah karena tekad yang kuat. Orang lain boleh saja memberi berbagai macam wejangan semangat, tapi apabila diri kita tidak mengambil semangat itu, maka kita tak akan pernah mendapatkannya. Oleh sebab karena kita telah memutuskan untuk mengambil dorongan dari kerabat, kita dapat terbebas dari belenggu negatif.
Inilah bagian terpentingnya. Semua kembali kepada diri masing-masing. Ingin keluar dari tekanan hidup? Maka bergeraklah mencari pintu keluarnya. Butuh bantuan orang lain untuk menuntunmu menemui jalan keluar? Ambillah saran-saran yang baik dari mereka, lalu bergeraklah sesuai arahan, jika memang hati berkata itu baik untukmu.
Namun, bantuan terbaik tetaplah dari Allah. Dan semua jalan keluar dari setiap permasalahan hidup ada di dalam Al-Qur'an, pedoman bagi seluruh manusia. Gelisah, depresi, putus asa, takut, dan lain sebagainya, semua itu sudah diberikan solusinya oleh Allah. Tinggal kita memilih, mau melakukannya atau tidak.
Lantas, apa yang masih membuat kita ragu untuk menerapkannya di kehidupan? Apa yang membuat kita masih bertanya-tanya di mana solusi permasalahan hidup ini? Kenapa masih juga merasa tak ada seorang pun yang peduli terhadap kita padahal Allah tak pernah berhenti memberikan nikmat serta kasih sayang-Nya? Apa Allah memberi itu semua tanpa ada kepedulian terhadap makhluk-Nya? Hingga detik ini kita masih hidup, bukankah sampai saat ini nikmat Allah terus berada di sisi kita? Lantas, kenapa masih saja mengira kita orang yang paling tersiksa? Kenapa masih berpikir hidup ini terlalu sulit, tak adil, kejam dan sebagainya?
Buka mata hati, jangan biarkan ilusi negatif menyerang jiwa dengan perannya itu. Rasakan sesuatu yang sebelumnya belum pernah kamu sadari, bahwa kepedulian yang kamu harapkan sebenarnya ada tepat di hadapanmu. Lihatlah, di sekelilingmu juga ada orang yang hidup dalam tekanan, menandakan bahwa bukan dirimu seorang saja yang punya tekanan batin.
Selama ini kamu terlalu banyak mengeluh sampai-sampai lupa bersyukur kepada Allah. Selama ini kamu terlalu membenarkan diri bahwa kamulah seorang yang punya tekanan hidup besar sampai-sampai kamu tak mendengar tangisan orang lain. Selama ini kamu hanya ingin dimengerti tentang rasa sakitmu hingga kamu sama sekali tak peka terhadap rasa sakit orang lain.
Sebagai sesama makhluk Allah, saya minta maaf, kamu itu terlalu egois untuk hanya sekedar berharap dan bergantung pada orang lain. Kamu terlalu egois agar orang-orang tahu bahwa kamu sedang tidak baik-baik saja. Kamu terlalu egois agar orang-orang merasakan penderitaanmu. Kamu terlalu egois agar dirimu dimengerti oleh orang lain.