Ketua Umum IJBnet Suyoto Rais sebagai inisiator mengaku sangat bersyukur atas perjuangan panjang IJBNet dan tim, dengan dukungan dari pemerintah dan instansi terkait yang membuahkan hasil, dengan masuknya kelapa non-standar sebagai salah satu bahan baku bioavtur yang dibolehkan oleh ICAO.
Kebijakan ICAO yang memberikan opsi pemanfaatan energi terbarukan untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, menurut Suyoto, akan memberikan dampak signifikan dalam industri penerbangan.
“Proyek ini akan menjadi berita baik bagi seluruh stakeholder kelapa di Indonesia, yang berujung bagi peningkatan pendapatan para petani dan juga devisa negara,” ucap Suyoto.
Perkembangan ini akan mendorong komitmen para pemangku kepentingan untuk menindaklanjuti dengan implementasi penggunaan bioavtur ini.
“Dengan masuknya kelapa non-standar, dan nanti diikuti oleh sumber-sumber bahan baku lainnya, peluang menjadikan Indonesia sebagai raja bioavtur dunia ke depan akan terbuka luas,” tandas dia.
Sebagai informasi, prosesi penandatanganan dihadiri oleh Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan BRIN Mego Pinandito, Chairman GPDJ Emi Sekiya, Direktur Utama PT ABE Indonesia Berjaya Eko Fajar Nurprasetyo, dan Ketua Umum IJBnet Suyoto Rais.
Indonesia memiliki potensi yang tinggi dalam bahan baku produksi bioavtur, karena sektor agrarisnya
yang mumpuni dalam menyediakan sumber daya. Selain itu, sebagai negara kepulauan, Indonesia juga
membutuhkan transportasi udara sebagai kendaraan utama yang cepat dan efisien mengingat Ibu Kota
Negara juga akan berpindah ke Pulau Kalimantan. Namun, bahan bakar avtur hingga saat ini masih
mengimpor dari negara lain. Maka untuk memenuhi kebutuhan avtur berbasis energi terbarukan