Konfrontasi Indonesia-Malaysia terjadi karena Perdana Menteri Malaysia yang saat itu dijabat oleh Tunku Abdul Rahman menginjak lambang negara Indonesia.Â
Melihat perlakuan Tunku Abdul Rahman ini sontak membuat Bung Karno murka dan meneriakkan jargon Ganyang Malaysia. Tetapi sayangnya perintah Bung Karno ini tidak sepenuhnya digubris oleh petinggi militer. Jenderal Ahmad Yani saat itu menyatakan pendapatnya kalau negara kita nampaknya sulit untuk melawan Malaysia.Â
Karena kita tahu sendiri bahwa Malaysia kan dijajah oleh Inggris saat itu. Tapi di satu sisi, A.H. Nasution mengutarakan sebaliknya malah memilih untuk setuju karena dirasa tidak mau PKI menunggangi momentum ini. Selain itu A.H. Nasution merasa Malaysia nantinya malah dimanfaatkan oleh PKI untuk memperkuat posisinya di bidang politik Indonesia.Â
Seruan Ganyang Malaysia ini menjadikan Angkatan Darat dilema dan setengah hati. Satu sisi mengatakan tidak yakin jika Indonesia melawan Malaysia karena masih ada dukungan dari Inggris. Sisi lainnya mereka menghadapi kemurkaan Soekarno jika tidak berperang.
Melihat dilemanya Angkatan Darat akhirnya Bung Karno mendekati PKI. Jelas PKI merasa diuntungkan dan senang karena Angkatan Darat dinilai tidak terlalu niat untuk berperang. Kesempatan inilah  yang digunakan oleh PKI untuk bisa menunggangi Bung Karno dan ikut seruan Ganyang Malaysia. Mereka menilai sebagai pengikut Nekolim.Â
Pada hakikatnya untuk membangun dominasi sistem politik suatu negara atas negara lain (Imperialisme), maka dua kata itu dirangkai menjadi Neokolonialisme-Imperialisme (Nekolim) yang bersamaan dengan subversif asing ditunjuk oleh Ir. Soekarno sebagai musuh utama Revolusi Indonesia. Â
Pada masa inilah PKI semakin kuat baik secara internal maupun eksternal. Bung Karno yang saat itu mengetahui kekuatan PKI memilih untuk tidak melakukan apapun.
6.Pembantaian Para Jenderal Sebagai Titik Kulminasi Insiden Pemberontakan G 30 S PKI
Pembantaian para jenderal merupakan titik kulminasi dari insiden pemberontakan G30S PKI ini. Situasi politik yang genting dan memanas pada bulan September  1965 ini diisukan mencuat adanya Dewan Jenderal yang disinyalir ada beberapa petinggi yang tidak puas terkait sikap Soekarno dan berencana untuk menggulingkan kekuasaannya.Â
Entah darimana pula datangnya isu ini berhembus namun rakyat sepertinya panik melihat kegeraman yang terjadi karena upaya yang dilakukan oleh petinggi militer. Inilah kemelut yang dirasakan dari tragisnya peristiwa ini.Â
Soekarno disebut-sebut menanggapi hal ini dengan memerintahkan pasukan Cakrabirawa untuk menyelesaikan masalah ini dengan cara menangkap dan membawa petinggi jenderal ini untuk diadili.