Mohon tunggu...
Retno Endrastuti (IBUN ENOK)
Retno Endrastuti (IBUN ENOK) Mohon Tunggu... Human Resources - Diary of Mind

Menyukai tulisan2 ringan dengan topik psikologi populer, perencanaan kota dan daerah, kuliner, handycraft, gardening, travelling...terutama yang kekinian

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Khasanah Gastronomi Yogyakarta yang Istimewa

17 Mei 2024   17:15 Diperbarui: 25 Mei 2024   20:45 757
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gastronomi Yogyakarta (Sumber gambar: (SHUTTERSTOCK/ARIYANI TEDJO via kompas.com)

Seni mengolah dalam gastronomi Yogyakarta, bahan dasar sampai wujud olahannya mempunyai keunikan tersendiri selain cara mengolahnya.

Selain perannya dalam menopang keistimewaan Yogyakarta, gastronomi Yogyakarta bermanfaat sebagai berikut:

1. Sebagai pelestari identitas Yogyakarta
2. Sebagai buah tangan atau oleh-oleh khas Yogyakarta
3. Sebagai negosiasi budaya leluhur
4. Sebagai strategi ketahanan hidup
5. Sebagai strategi komunikasi budaya.

Salah satu contoh gastronomi Yogyakarta yang istimewa dari aspek historis adalah gudeg, makanan khas Yogyakarta. Dikutip dari buku "Kuliner Yogyakarta Pantas Dikenang Sepanjang Masa" karya Murdijati Gardjito, et.al. (2017), bahwa gudeg telah dikenal sejak masa lampau sejak awal pembangunan Kota Yogyakarta. 

Kala itu sekitar tahun 1756, prajurit yang sedang menebang hutan Mentaok menemukan banyak pohon nangka dan kelapa. 

Oleh karena jumlah prajurit yang cukup banyak, maka nangka dan kelapa yang ditemukan tersebut dimasak dengan menggunakan sendok sebesar dayung perahu agar masakannya tercampur rata, sehingga disebut "hanggudeg" yang artinya mengaduk. Semenjak itu makanan tersebut dikenal dengan nama gudeg. 

Selain aspek historis, gastronomi Yogyakarta juga mengungkap aspek filosofinya. Contohnya, filosofi geblek, makanan khas Kabupaten Kulon Progo. Kuliner geblek mengandung filosofi mendalam bahwa dalam menjalani kehidupan, manusia harus berbuat baik. Hal ini dilambangkan dengan warna putih dari cemilan geblek. 

Filosofi lainnya, bahwa manusia harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang dilambangkan dengan tekstur kenyal geblek. Tidak membedakan siapapun dalam pergaulan dilambangkan dengan rasa gurihnya. Manusia harus dapat saling bekerja sama, ditandai dengan gabungan lingkaran-lingkaran geblek.

Masih banyak lagi cerita-cerita menarik lainnya dari gastronomi Yogyakarta berdasarkan aspek historis, seni pengolahan dan filosofinya, seperti pada masakan khas urap, gudangan, tumpeng, selat usar, bistik jawa, perawan kenes, sate klathak, mangut lele, mie lethek, mides, bakmi jawa, dan kicikan.

Ada pula ulasan tentang berbagai cemilan seperti geplak, bakpia, coklat Monggo, yangko, timus, sawut, getuk, cenil, thiwul, gathot, lenthuk, sawut, lemet, growol, tape singkong, klepon, cemplon, nagasari, lapis legit, apem, kue lapis beras, adrem, srabi kocor, carabikang, roti jok, jenang sumsum, jenang candil/grendul, jenang abang, cucur, kipo, jadah, semar mendem, legomoro, kembang waru, kicak, ukel dan banjar, walang goreng, rempeyek jingking, undur-undur, dan landak laut.

Tidak hanya makanan, gastronomi Yogyakarta juga terkait kuliner minuman khas seperti wedang uwuh, kopi jos, rujak es krim, wedang ronde, es semlo, bir jawa, saparila, lapen, dan jamu jawa. Lebih lanjut dapat dibaca pada buku "Keistimewaan Yogyakarta dalam Perspektif Gastronomi".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun