Mohon tunggu...
Retno Anggraeni
Retno Anggraeni Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer/PRMN

Menulis, membaca

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Dia Tidak Gila

5 Desember 2023   21:25 Diperbarui: 7 Desember 2023   10:00 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.freepik.com/@freepik

"Kamu sudah ketemu sama Rachel belum?" tanya Oki ketika berpapasan dengan Rasti di lobi kantor.

"Belum, memangnya kenapa?" balas Rasti sambil bermain ponsel dan menolak kontak mata dengan Oki.

"Rachel absen, sudah dua minggu setelah pulang dari Karimun Jawa."

"Oh iya? Aku gak tahu, soalnya aku sendiri baru pulang dari Bali." jawab Rasti, kemudian berjalan mencari sofa untuk beristirahat sejenak dari kemacetan Jakarta pagi ini.

"Iya aku tahu, aku cuma mau kabarin aja." Balas Oki.  "Sebenarnya dia sempat masuk kantor, tapi cuma dua hari dan itu juga kondisinya sudah berantakan." Lanjutnya menjelaskan kepada Rasti.

"Berantakan gimana?"

"Ya bajunya acak-acakan, terus tiba-tiba marah dan teriak gak jelas." Jelas Oki kepada Rasti. "Sebenarnya tujuanku menyampaikan kabar ini bukan cuma itu sih, aku mau menyampaikan pesan Pak Hendra supaya kamu mencari tahu bagaimana kabarna Rachel sekarang."

"Oke, nanti sore aku coba datang ke rumahnya."

"Terima kasih ya." Ucap Oki sambil berlalu meninggalkan Rasti yang masih asik menikmati waktu luangnya. 

"It's okay."

Tidak ada kabar, tidak pernah datang ke kantor. Rachel menghilang begitu saja seperti ditelan bumi. Kondisi dan situasi ini membuat teman-teman yang bekerja di satu divisi dengan Rachel menjadi kebingungan, sebab dia adalah team leader yang seharusnya memandu dan mengarahkan teman-temannya dalam  bekerja.

Rasti benar-benar kaget mendengar kabar itu, sebab ia baru saja kembali dari Bali untuk melaksanakan tugas pemantauan salah satu cabang hotel tempatnya bekerja saat ini. "Kenapa nomor  telponnya Rachel gak bisa dihubungi ya?" Ucap Rasti setelah mencoba menghubungi Rachel beberapa kali.

"Jeni! Kamu tahu alamat rumah Rachel gak?" Ucapnya kepada Jeni ketika Jeni beralan di hadapannya.

"Gak tahu, dia pindah rumah. Coba kamu tanya sama Selvi deh."

"Oh, oke terima kasih ya."

Begitu jarum jam menunjukkan pukul 17.00 WIB, Rasti segera bergegas pergi ke rumah Rachel yang baru setelah ia berhasil mendapatkan alamatnya dari Selvi. Rasti melajukan mobilnya dengan hati-hati melalui jalanan Jakarta yang sangat padat di jam pulang kerja seperti ini. 

Rasti benar-benar tampak kosong, selain karena tubuhnya yang masih lelah, ia juga masih berusaha mencerna situasi yang terjadi saat ini. "Kenapa bisa orang-orang kantor sesantai ini padahal Rachel sudah absen dua minggu? Apa mereka gak pernah khawatir tentang keadaan Rachel? Iya kalau Rachel baik-baik saja, kalau enggak? Ah!!!" Tutur Rasti sambil setengah berteriak  setelah memikirkan semua keanehan ini.

Ting tong.. 

Begitu bunyi bel setelah tombol bel yang ada di depan pagar rumah Rachel ditekan oleh Rasti. Matanya berputar-putar mengamati seluruh hal yang ada di rumah Rachel. Bulu kuduknya berdiri dan badannya mendadak terasa dingin. Ia sempat ingin langsung pergi meninggalkan rumah itu, namun setelah 10 menit menunggu akhirnya Rachel keluar rumah membukakan pintu dengan tampilan yang acak-acakan persis seperti apa yang diceritakan Oki kepadanya.

"Apa kabar?" Tanya Rasti berusaha mengikuti tindakan dan perilaku Rachel yang dingin dan menyebalkan.

"Seperti yang kamu lihat." Balasnya tengil.

"You look okay." Ucap Rasti yang asing dengan perubahan sikap Rachel.

"Iya."

"Aku boleh masuk?" 

"Iya masuk aja." Balas Rachel langsung berbalik badan dan berjalan meninggalkan Rasti yang masih berdiri di pintu gerbang.

Rastipun melangkahkan kakinya menuju kamar milik Rachel. Sepanjang langkah kakinya berjalan, sepanjang itu juga Rasti merasa semakin tertekan dan mulai ketakutan. Rachel merasa apa yang ia lihat saat ini bukan hal yang wajar.

"Kamu tinggal sendiri?" Tanyanya sambil terus memperhatikan sekeliling rumah Rachel.

"Iya, ibuku ada di Solo bapak ada di Magelang."

"Di Solo? Magelang? Oh okay, kamu cukup berani ya tinggal sendiri di rumah sebesar ini." Ucap Ratsi berusaha megalihkan pembicaraan.

"Kenapa harus takut? Aku gak sendiri kok." Jawab Rachel membuat Rasti bingung dan merasa aneh.

"Memangnya ada siapa?" Tanya Rasti berusaha untuk tetap tenang dan tidak terlihat takut.

"Ada kamu, dan teman-temanku yang selalu menghiburku."

"Oh iya kenapa kamu gak masuk kantor?" Tanya Rasti berusaha untuk santai sampai tujuannya tercapai.

"Memangnya kamu masih ke kantor? Bukannya kantor kita sudah dirobohkan ya?"

"Dirobohkan? Kata siapa?"

"Iya, waktu aku datang ke kantor aku melihat kantor kita sudah roboh dan banyak binatang buas disana." Ucapnya tenang sambil memainkan rambutnya dengan jari telunjuk.

Suasana ini benar-benar membuat Rasti merasa hampir gila, bahkan ia berpikir ia akan mendapat bahaya jika harus terlalu lama berada di rumah itu. "Mm roboh? binatang buas?" Ucap Rasti terbata-bata sambil terus berusaha menatap mata Rachel dengan lekat.

"Iya, ada macan, ada ular, ada harimau. Mereka berusaha menerkam aku, makanya aku gak berani lagi ke kantor." Ucap Rachel semakin membuat Rasti takut.

"Oh iya, kamu waktu di Karimun Jawa sempat jalan-jalan sendiri gak saat ada waktu luang?" Tanya Rasti berusaha mendapat jawaban kunci dari pertemuannya hari ini dengan Rachel.

"Dia datang ke tempat aku, dia merusak barang yang aku jaga selama ini, dia marah-marah dan tidak punya sopan santun!" Balasnya dengan suara yang berbeda dan mata melotot menatap Rasti.

Rasti mulai menangkap keadaan yang terjadi. Dia bukan Rachel, wanita itu yang menguasai Rachel selama dua minggu ini. Dengan keberanian yang ia kumpulkan, dengan sekuat tenaga Rasti mencoba untuk berkomunikasi dengan baik dan bernegosiasi dengan sosok yang sedang menguasai Rachel saat itu.

Rasti mulai membaca doa dan menatap Rachel dengan penuh keyakinan. "Rachel, kamu tahu apa yang dia inginkan darimu?"

"Dia? Dia ingin bersamaku." Balasnya tanpa ragu.

"Iya, tapi kamu tidak bisa bersama dia. Dia bukan teman kamu, jika dia bilang dia adalah temanmu dan dia akan menyelamatkanmu dari binatang buas itu, maka itu adalah bohong." Ucap Rasti mulai kehilangan rasa takut yang ada di hatinya sejak tiba di rumah itu.

"Kamu yang bohong!" Teriak Rachel sambil menatap Rasti dengan tajam dan berusaha mendorong Rasti.

"Kenapa? Kamu mau mendorong saya?" Ucap Rasti dengan terus berdoa dan menyebut nama Tuhan di dalam hati.

"Kamu pergi! Kamu tidak diinginkan disini!" Ucap Rachel histeris

"Tidak, kamu tidak boleh memanfaatkan kelemahan temanku untuk kepuasanmu sendiri. Aku tahu tempat itu adalah tanah kosong, dan semua tanah di atas bumi ini adalah milik Tuhan, bukan milikmu."

"Tempat itu milikku!!!" Ucap Rachel sambil terus berteriak.

Rachel sudah kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Dia terus berusaha menyerang Rasti, namun dengan kekuatan iman yang besar di hati Rasti, Rachel dan makhluk itu tidak bisa menyentuhnya. Rachel bahkan berlari menghindari Rasti dan mengunci diri di dalam kamarnya.

"Halo Selvi, tolong datang ke rumah Rachel ya. Aku butuh bantuanmu" Ucap Rasti dalam sambungan telepon. "Oh iya, jangan datang sendiri."

Tanpa banyak bicara lagi, Rasti menutup sambungan telponnya dan segera menghampiri Rachel. "Rachel! Sadar! Jangan ijinkan dia mengendalikan kamu." Ucap Rasti di depan pintu kamar Rachel.

Rasti membaca tasbih sebanyak tujuh kali dan menyiramkan air garam ke dalam kamar Rachel melalui sela-sela pintu bagian bawah. Setelah itu tak ada lagi suara histeris terdengar dari dalam kamar Rachel. Bertepatan dengan itu, Selvi datang dan menghampiri Rasti bersama dengan Oki.

"Ada apa ini? Rachel kenapa?" Tanya Oki dan Selvi bersamaan.

"Rachel, dia sudah merusak daerah yang dijaga oleh sesosok wanita saat di Karimun Jawa." Jelas Rasti singkat.

"Jadi dia kerasukan?" Ucap Oki dengan mata melotot.

"Oh pasti gara-gara dia patah hati waktu itu." Celetuk Selvi.

"Gimana maksudnya?" Tanya Rachel sambil memercingkan matanya.

"Iya, waktu itu dia nangis, katanya pacarnya itu ternyata sudah punya istri dan parahnya pacarnya juga menghamili wanita lain." Jelas Selvi mengebu-gebu.

"Iya aku tahu cerita itu. Aku pikir dia gila karena itu, ternyata dibuat gila sama hantu." Ucap Oki polos.

"Bantu buka pintunya, kita bawa Rachel ke rumah sakit." Ucap Rasti.

SELESAI 


sumber gambar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun