Mas Agha mengangguk, lalu memejamkan mata dan ia kembali tidur. Membuatku kembali ke dalam keheningan.Â
"Sebaiknya aku solat saja." Aku berguman. Bangkit dari kursi, berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan berwudhu.Â
**
. , . .Â
, . *-* , ... . .Â
Selesai berdo'a, aku membaca kitab suciku sembari menunggu waktu subuh tiba.Â
*****
Cahaya mentari pagi yang menerobos masuk lewat ventilasi, menerpa wajahku. Menghadirkan hawa hangat. Mengusik tidurku.Â
"Ya Allah, udah jam setengah tujuh." Aku bergumam ketika melihat jam pada layar ponsel. Ternyaka aku kesiangan. Bahkan makanan untuk pasien pun telah di antar. Terbukti dari sebuah nampan yang terletak diatas nakas, dengan berbagai isian lengkapnya.Â
"Pagi, sayang," sapa Mas Agha. Tubuhku langsung membeku, mendengar panggilan dari Mas Agha. Apa aku tidak salah dengar, dia memanggilku sayang?
"Kenapa, ko kaget gitu? Apa bukan itu panggilan dariku?"