"Ah eh, ggak papa-papa Mas, iya itu panggilan Mas untukku." Aku jadi salah tingkah dibuatnya.Â
"Hemm."
"Ehem." Aku berdeham, menghilangkan canggung.Â
"Mau makan?"
"Tolong lap tubuh Mas, sudah risih," pintanya memohon.Â
Apa, aku harus mengelap tubuhnya? Kemarin memang aku yang selalu membersihkan tubuhnya. Karena Mas Agha belum sadar, maka dari itu aku berani. Untuk saat ini sepertinya aku tidak akan sanggup, karena dia sudah sadar.Â
"Kamu keberatan?" ujarnya.Â
"Bukan begitu, hanya saja ...." Belum sempat aku merampungkan ucapanku, Mas Agha sudah memotong.Â
"Bukankah kita sudah menikah?"
, ?.Â
"Baiklah." Akhirnya aku terpaksa mengiyakan permintaannya.Â