Aku segera memeluk Mamah, berharap agar beliau tenang kembali.Â
"Hufftt, baiklah Agha mau!" ujar Mas Agha pada akhirnya.Â
"Beneran Gha?"
"Iya."
Mamah Qila mengusap air matanya, beliau kembali ceria.Â
"Siap-siaplah!"
****
Aku menatap burung besi berwarna putih dengan sebuah logo perusahaan penerbangan di badannya, yang sudah siap landas dengan perasaan campur aduk. Ini pertama kalinya aku menaiki burung besi.Â
Suara pramugari yang menjelaskan tentang peraturan manaiki burung besi ini, bahkan tak masuk kedalam pendengaranku. Saking takutnya diri ini.Â
"Marilah kita berdo'a bersama sesuai kepercayaan masing-masing." Suara pramugari menyadarkanku dari ketakutan ini. Aku pun segera berdo'a.Â
**