Ami menatap Totok dengan penuh perasaan. "Alasan cintaku padamu telah berubah menjadi sesuatu yang hampa, ataukah aku seorang wanita yang sentimental dan sangat sensitif, yang bisa rasakan.
Aku merindukan momen-momen romantis, seperti seorang anak yang menginginkan permen. Namun, kamu bertindak berbeda. Kurasa kamu kurang sensitif dan tidak mampu menciptakan suasana romantis dalam pernikahan kita. Semua harapanku tentang cinta akhirnya hancur."
Ami terdiam sejenak, menghela nafas. "Aku telah memutuskan untuk mengatakan sesuatu kepadamu.
Aku ingin bercerai," ucapnya dengan hati berat.
Totok terkejut. "Mengapa, Ami? Apa yang bisa aku lakukan untuk mengubah pikiranmu?" tanyanya dengan kebingungan.
Ami menatap matanya dalam-dalam. "Mengubah kepribadian seseorang memang sulit, bahkan mungkin tidak mungkin.
Aku mulai kehilangan keyakinan bahwa aku bisa mengubahmu," ujarnya pelan.
"Aku punya pertanyaan untukmu. Jika kamu dapat menemukan jawabannya, beritahukan padaku. Apakah kamu akan melakukan apa yang aku minta padamu? ucap Ami terbata
Aku menyukai setangkai bunga yang tumbuh di tebing gunung, tapi kita tahu bahwa jika kamu mencoba mendaki gunung itu, kamu akan mati. Apakah kamu akan melakukannya untukku?"
Totok ragu sejenak. "Aku akan memberikan jawabannya besok," jawabnya sambil menyentuh tangan Ami dengan lembut.
Lalu, dia pergi ke kamarnya.