Kematian Yesus di salib mengungkapkan secara definitif siapa Allah. Allah bertindak dalam sejarah manusia, mengutuhkan dan membahagiakan manusia, bahkan ikut dalam penderitaan manusia. Allah tidak menuntut apapun dari manusia, begitu juga dengan Yesus, supaya Ia tampil dengan membebaskan dan menyembuhkan manusia dari kuasa dosa.
2.2 Â Kebangkitan Yesus Kristus
Schillebeeckx menyatakan bahwa kebangkitan itu harus terjadi dalam diri Yesus. Jika tidak, maka Yesus historis hanyalah seorang tokoh tragis dengan idealisme yang tinggi, namun mengalami kegagalan. Meskipun nyata, kebangkitan itu bersifat meta-empirik dan meta-historik sebab hanya penyataan mengenai kebangkitan dan penyataan Yesus yang bangkit yang bisa diteruskan kepada para murid-Nya.
Kebangkitan merupakan faktor penentu untuk menunjuk hakekat Yesus yang sesungguhnya. Apabila Yesus tidak bangkit, maka segala usaha pewartaan Yesus, penderitaan dan wafat-Nya di salib merupakan tindakan yang sia-sia. Dengan demikian, segala kepercayaan kita kepada Yesus tidak ada artinya. Namun karena Dia bangkit maka ditetapkanlah hubungan yang erat antara Yesus dan Allah. Schillebeeckx menambahkan bahwa Yesus bersatu dengan Allah bukan sejak Ia bangkit tetapi Ia telah bersatu sejak awal mulanya.
Santo Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Korintus mengatakan: "Andai kata Dia tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah kepercayaan kamu [...] dan kamu masih hidup dalam dosamu" (1Kor 15:14;17). Maksud kata-kata Santo Paulus ini jelas bahwa Yesus yang telah wafat di salib itu sungguh bangkit dan kebangkitan-Nya memberi dampak efektif untuk penghapusan dosa manusia. Hal ini diafirmasi oleh Schillebeeckx dengan menyatakan bahwa kebangkitan Yesus Kristus merupakan kepenuhan karya keselamatan Allah dalam diri Yesus. Kebangkitan Yesus menjadi puncak karya keselamatan karena melalui Kebangkitan-Nya, Yesus mentransfigurasikan jiwa manusia yang telah mati kepada kemuliaan Roh. Kebangkitan Yesus itu juga merupakan pewartaan eskatologis bagi orang-orang yang percaya.
3. Â Universalitas Keselamatan Yesus Kristus
Konsili Vatikan II menunjukkan sikap positif terhadap aneka tradisi keagamaan dan kebudayaan yang ada di dunia ini. Hal itu dengan jelas dinyatakan dalam dekrit mengenai hubungan Gereja dengan agama-agama non Kristiani, Nostra Aetatae: Gereja Katolik tidak menolak apapun yang benar dan suci dalam agama-agama lain. Gereja menghargai dengan tulus cara hidup dan cara bertindak, peraturan, nilai-nilai budaya dan ajaran agama-agama yang tak jarang memantulkan cahaya kebenaran kepada semua manusia.
Semangat pembaruan (aggiornamento) mendorong Gereja untuk merefleksikan kembali dirinya, terutama adagium extra Ecclesiam nulla salus (Di luar Gereja tidak ada keselamatan) dengan menghargai benih-benih keselamatan dalam agama-agama lain. Sejajar dengan pandangan konsili ini, Schillebeeckx memberi pandangan baru yaitu  extra Mundum nulla salus (Di luar dunia tidak ada keselamatan).
Beberapa orang Kristen dan bahkan beberapa teolog salah menafsirkan ungkapan ini, karena mereka berpikir salah bahwa itu hanya mengacu pada humanisme dan bukan keselamatan dari Allah. Ini karena mereka meletakkan aksen pada Mundum bukan Salus. Salus selalu berasal dari Allah, tetapi itu dialami di dunia. Allah menjadi fondasi "sumber keselamatan". Fondasi inilah yang menjadi titik inti dari agama Kristen.
Dalam ungkapan extra Mundum nulla salus ini, Schillebeeckx melihat bahwa tujuan dari setiap agama adalah menetapkan Kerajaan Allah sebagai kerajaan kebenaran bagi manusia. Schillebeeckx menegaskan sifat universalitas keselamatan Allah dalam diri Yesus Kristus. Bagi Schillebeeckx keselamatan itu tidak hanya dianugerahkan kepada orang yang dibaptis menjadi anggota Gereja, tetapi juga diwartakan dan ditawarkan kepada semua orang yang berkehendak baik berkat bimbingan Roh Kudus.
Rencana keselamatan Allah itu sudah mulai sejak penciptaan dan berpuncak dalam diri Yesus Kristus. Yesus Kristus adalah Sang Penyelamat Tunggal dan universal bagi dunia. Melalui sengsara, wafat dan kebangkitan-Ny, Dia menuntaskan karya penyelamatan Allah bagi manusia. Karya penebusan yang terlaksana dalam Yesus Kristus diperuntukkan bagi semua manusia supaya dengan karya tersebut semua manusia disatukan oleh dan dalam Kerajaan-Nya. Dengan kata lain, tidak ada manusia yang ditentukan oleh Allah untuk tidak selamat. Karya keselamatan itu diperoleh berdasarkan rahmat yang berasal dari Kristus. Rahmat merupakan hasil pengorbanan Yesus Kristus dan disampaikan oleh Roh Kudus. Dengan demikian, dapat dimengerti bahwa penyelamatan merupakan pemberian Roh Kudus dan menuntut tanggapan dan kerja sama dari manusia. Tanggapan dan kerja sama itu harus tampak dalam penghayatan nilai-nilai Injili dan terbuka terhadap dorongan Roh Kudus.