1.2 Â Pelayanan Yesus Kristus di Dunia
1.2.1 Â Allah Berpihak pada yang Miskin dan Berdosa
Originalitas dan kekhasan Yesus berbicara mengenai Allah tidak menyimpang dari gambaran atau konsep Allah Perjanjian Lama. Tetapi aksen-aksen tertentu dalam pewartaan profetis-Nya mengenai apa dan siapa Allah mendapat profil yang sungguh khas. Dalam pewartaan profetis-Nya, Yesus memberitakan bahwa Allah Bapa-Nya, yang disapa-Nya dengan sebutan khas, yaitu Abba tidak membiarkan diri-Nya dianeksasikan (dicaplok) oleh kasta orang-orang saleh, orang yang bangga bahwa mereka "bukan seperti orang pemungut bea cukai dan pendosa" (bdk. Luk 18:10-14) serta orang yang yakin bahwa mereka mendapat ganjaran yang proporsional karena mereka mentaati Taurat dengan setia. Juga diwartakan-Nya bahwa Allah bukan milik orang elit-eksklusif, melainkan Allah "Orang miskin dan pendosa", Allah yang memperhatikan dan mengindahkan orang miskin, Allah yang ambil tempat pada orang-orang miskin, tertindas, yang dikucilkan, bahkan pendosa yang digeser ke pinggir oleh "umat yang baik".
Sangat penting diperhatikan bahwa "Allah orang miskin dan pendosa" itu bukanlah sosok yang mudah memperkenankan sesuatu atau permisif. Dia adalah Allah yang adil dan bijaksana, Allah yang penuh perikemanusiaan. Dia adalah Allah yang menyentuh hati manusia seutuhnya secara radikal, tetapi tanpa paksaan atau kekerasan, dan menuntut hati tak terbagi dari pengikut-pengikut-Nya: "Carilah kerajaan-Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan juga kepadamu" (Luk 12:31; Mat 6:33).
Penting disadari bahwa Allah tidak memuji-muji atau menyetujui kemiskinan bila Dia memihak pada yang miskin. Dia berpihak pada yang miskin bukan karena kemiskinan mereka, tetapi karena kemanusiaan mereka. Pemihakan Allah kepada yang miskin adalah alasan kemanusiaan. Schillebeeckx mengatakan bahwa Allah berpihak pada yang miskin dan tertindas karena Dia tidak menghendaki kesengsaraan. Dia menolak secara radikal semua bentuk kejahatan, segala jenis kemiskinan dan kelaparan yang membuat orang menderita. Dengan alasan inilah, bukan orang-orang miskin yang harus dicela karena kemiskinan mereka, tetapi orang-orang yang membuat atau mengakibatkan mereka miskin. Menurut Schillebeeckx, pemihakan Allah kepada yang miskin dan yang tersisih secara eksplisit mengundang orang kaya untuk keluar dari keegoisan mereka menuju sikap dan praktek hidup berbagi sebagai saudara. Oleh karena itu, pemihakan kepada yang miskin adalah undangan untuk metanoia.
1.2.2 Â Para Pendosa sebagai Saudara
"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah" (Mat 21:31). Warta ini disampaikan Yesus kepada orang-orang Farisi, Ahli Taurat dan para cendekiawan Yudaisme karena mereka tidak mau toleran terhadap orang berdosa yang bertobat. Bagi Yesus seorang pendosa tetap saudara. Tangan-Nya tetap terbuka terhadap pendosa yang bertobat: "Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa" (Mat 9:13). Dia sangat berbelaskasih terhadap saudara yang lemah dan berdosa. Sikap belaskasih-Nya terhadap orang lemah dan berdosa nampak dalam perumpamaan domba yang hilang (lih. Luk 15:3-7; Mat 18: 12-14), anak yang hilang (lih. Luk 15: 11-32) dan dirham yang hilang (lih. Luk 15: 8-10).
Dalam perumpamaan mengenai domba yang hilang, Yesus menunjukkan bahwa tindakan gembala yang penuh tanggungjawab, yaitu mencari domba yang hilang dan membopongnya setelah menemukannya merupakan gambaran sikap Allah terhadap saudara yang berdosa. Seperti anak domba yang hilang, yang setelah ditemukan, dibopong dengan sukacita, demikian juga saudara berdosa yang bertobat diterima Allah dalam rumah-Nya dengan sukacita. Kesusahan, kecemasan dan kekhawatiran Allah jauh lebih besar karena satu domba yang sesat daripada 99 domba yang aman. Melalui perumpamaan anak yang hilang juga Yesus menampilkan sikap Allah yang mengharukan terhadap pendosa. Itulah gambaran hati Allah.
Menurut Schillebeeckx, Yesus memakai perumpamaan anak yang hilang ini untuk mengajar para pendengar dan murid-Nya bahwa seorang pendosa tetap saudara mereka dan mereka semua harus ambil bagian dalam sukacita Allah karena seorang berdosa bertobat. Perumpamaan tentang orang-orang upahan di kebun anggur juga memperlihatkan bagaimana sikap Allah terhadap orang berdosa.
Schillebeeckx menegaskan bahwa melalui perumpamaan ini Yesus menawarkan suatu gambaran Allah yang "sangat provokatif": Allah bebas membagi pemberian-pemberian dan anugerah-anugerah-Nya. Tidak ada seorang pun yang oleh perbuatan-perbuatan baiknya mempunyai hak atas Allah sedemikian bahwa dia bisa menghindarkan Allah dalam kebaikan-Nya terhadap mereka yang tidak bisa memperlihatkan perbuatan-perbuatan baik atau yang kurang berjasa. Sikap Allah yang "provokatif" ini menjadi semakin "provokatif" dalam mata orang-orang saleh, kalau sikap itu menunjuk kepada orang-orang pendosa.
1.2.3 Â Melawan Segala Bentuk Diskriminasi