Keesokan harinya kapal-kapal perang Ternate kembali ke Morotai, kali ini bersama dengan kapal-kapal dari Tidore, Bacan, dan Jailolo. Semua energi akan segera sibuk untuk menyiapkan upacara peresmian Kesultanan Mamluk, hasil konsolidasi kerajaan-kerajaan yang berada di kepulauan ini. Tiga hari lagi, tapi tampaknya kesibukan sudah mulai terasa sejak pagi ini.
      "Pagi tadi, padahal baru sampai..."
      "Mau bagaimana lagi, ini permintaan dari Pangeran Diponegoro…"
      Abdi dan Dalem melihat ke arah suara dari belakang sebuah ruangan yang cukup untuk menampung sekitar seratus orang.
      "Sudah beredar kabar itu tampaknya eh, Abdi, Dalem?" ucap Sudirman.
      "Iya kapten, cepet sekali ya padahal beliau sudah meminta dengan sopan," timpal Abdi.
      "Hmm.. mungkin mereka jadi harus terburu-buru menyiapkan makanan dan sebagainya karena permintaan rapat dadakan ini," Sudirman ikut melihat ke belakang.
      "Iya, sih kapten.. enak-enak sepertinya..." keduanya tertawa melihat Dalem yang langsung menatap hidangan yang sudah tersaji di depan.
      "Mungkin lima menit lagi mereka masuk ruangan, kurasa tidak ada salahnya kok Lem nyicip sedikit," Sudirman mengambil kue sagu sambil melihat sekeliling.
      Abdi, Dalem, dan Sudirman duduk di kursi bersebelahan di barisan terdepan, tempat yang juga sudah diisi oleh orang-orang penting. Di ujung depan ada meja berbentuk bundar dengan kursi-kursi masih kosong. Para petinggi yang seharusnya berada di kursi-kursi itu belum nampak. Baru saja Dalem mengambil kue sagu ketiganya, terdengar derap langkah-langkah kaki dari arah pintu masuk.