Mohon tunggu...
Red Carra
Red Carra Mohon Tunggu... -

Blogger. Visual Communicator. Web and Social Media Worker.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Hari Pahlawan] Tembang Kala Langit Jingga

10 November 2013   06:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:22 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pintu depan terbuka lebar.

Aku yang baru pulang dari warung Edah, berlari masuk rumah dengan perasaan yang membuncah. Mbak Utari pulang!!

Tapi...

Kakiku tiba-tiba seperti terpaku terhujam ke bumi di ambang pintu. Mataku nanar melihat sekeliling. Banyak orang berkumpul di rumahku. Ada Pak Kades, ada Pak Sekdes, ada beberapa orang berseragam.

Melihat situasi yang tampak tegang, aku tak berani menebak macam-macam.

"Simbok mana?" teriakku sambil menghambur ke dalam. Tas plastik berisi susu untuk Jingga, hasil ngutang lagi di warung Edah kulempar sekenanya.

Namun langkahku terhenti. Ada kotak kayu sepanjang dua meter membujur kaku di lantai rumah. Darah kurasakan berhenti mengaliri wajahku, demi melihat foto yang tertempel di bagian atas kotak kayu itu.

Foto Mbak Utari.

Tubuhku gemetar. Mataku tiba-tiba berkabut tebal. Ada panas menyengat di pangkal hidung. Kutahan napas sejenak, mencoba mengatur gejolak dalam dada.

"Simbok!!" teriakku lagi.

Lalu lamat-lamat kudengar suara Simbok dari dalam kamar. Nembang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun