Saat ini Farah sedang bekerja keras menyiapkan sesuatu untuk Ricky di kota asal mereka, dan semua usahanya bisa saja sia-sia kalau Ricky batal pulang.
“Siapa sih yang mau nilainya jeblok, Far? Gue juga pengen pulang kali. Kehidupan gue di Jogja memprihatinkan. Lo tau sendiri kan? Disini hidup gue nggak semudah di Samarinda.”
Farah mengangguk-ngangguk saja, meng-iya-kan apa kata Ricky tanpa benar-benar fokus dengan yang dibicarakan cowok yang tatanan rambutnya dipaksa-paksa biar mirip Lee Min Ho itu.
Langkah mereka terhenti di depan sebuah rumah penginapan sederhana.
Farah melirik Ricky yang sibuk memperhatikan gadget di tangannya. Setengah mati cewek itu nahan biar nggak minta dianterin Ricky ke bandara besok pagi. Karena pasti si Ricky bakalan sok nolak, walaupun akhirnya tetap dianterin karena kasian.
“Gue masuk ya, makasih udah nganterin.” Kata Farah kikuk.
“Hmm..” balas Ricky bergumam.
“Gue pulang sekarang,” kata Ricky melirik Farah sebentar sebelum berbalik dan pergi.
Farah hanya bisa mengangguk.
Ia mengambil kameranya dari tas kemudian memotret siluet Ricky yang berjalan membelakanginya tepat menghadap sinar matahari sore yang lembut.
Gue salah nggak sih suka sama cowok super kaku kayak lo?