"Yah, namanya juga nasabah sedang emosi, Kak!" timpal suara kedua bernada setengah tak setuju.
"Apa pun alasannya, itu tak bisa dibenarkan. Sangat berisiko dan dapat berakibat sistemik bagi sistem keuangan nasional!" suara pertama tegas berujar.
"Bisa menyebabkan nasabah bank-bank lain ketakutan dan tanpa pikir panjang mengambil tindakan serupa, menarik simpanan mereka di bank masing-masing?" suara ketiga menangkap cepat.
 "Itu dia. Jadi kita harus terus mengasah diri agar intelijensi finansial kita tak jongkok," ucap suara kedua yakin.
***
Ya, intelijensi finansial. Itulah poin kelima terkait stabilitas sistem keuangan. Di sini, setiap orang dituntut mawas diri dan menyadari bahwa ada banyak ranjau dalam dunia finansial. Tanpa pengetahuan yang solid, siapa pun bakal mudah terseret menjadi korban ketidaktahuan dan mungkin juga ketamakannya sendiri. Ibarat pesawat, setiap individu harus belajar terbang seefektif dan seaman mungkin dengan mengenali apa yang disebut daya dorong ke depan/tailwinds sekaligus ada kekuatan sebaliknya yang justru mengarah ke belakang/headwinds.
"Tailwinds, headwinds? Apa itu?" suara kedua penasaran.
"Aku sebenarnya masih terus menggali. Sejauh yang bisa kucatat, tailwinds dan headwinds adalah beragam faktor yang harus dipertimbangkan oleh individu dalam upayanya menggapai sistem keuangan pribadi yang stabil," terang suara pertama.
"Dan faktor-faktor itu meliputi sejumlah aspek makroekonomi seperti inflasi, tingkat suku bunga acuan, dan pajak. Terus  ada pula aspek makroprudensial yang lebih njelimet," imbuhnya.
"Begitukah?" kejar suara ketiga.
"Yah, setidaknya itu yang kutahu. Dalam spirit mengejar kesejahteraan individu, terkait aspek makroekonomi misalnya, apa yang kau lakukan dengan uangmu harus selalu mempertimbangkan ketiga faktor di atas," tambah suara pertama lagi.