Seorang perempuan berusia matang tertegun di depan layar komputernya. Matanya nanar, bergerak cepat ke kanan dan ke kiri membaca pengumuman seputar kompetisi blog bertema Caraku Berpartisipasi Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan, yang diprakarsai oleh Bank Indonesia.
Beberapa kali kepalanya menggeleng. Lantas mendongak dan menunduk sebelum akhirnya kembali menatap lurus ke depan. Nafasnya dalam. Bukan apa-apa. Ia tengah merenung. Pelan-pelan terbersit keinginan hatinya untuk mengikuti lomba tersebut.
Apa yang mau ia tuliskan? Apa yang hendak ia paparkan? Toh, ia bukan siapa-siapa kendati beberapa tahun silam pernah malang melintang sebagai pewarta yang setiap hari meliput dinamika makroekonomi domestik dan beragam isu moneter dan keuangan mutakhir di seputar Lapangan Banteng, Kompleks Bank Indonesia Thamrin, Taman Suropati Bappenas, Badan Pusat Statistik dan sebagainya.
"Aku tak mau menggurui siapa pun," ujarnya berbisik.
"Kau sekadar ingin berbagi cerita, bukan?" tanya suara pertama dalam batinnya.
"Mau dimulai dari mana?" timpal suara kedua. Ada sejumput ciut dan sedikit ketidakpastian di sana.
Suara pertama mengambil alih. "Coba kau awali dengan dalil pribadimu. Katakan bahwa sistem keuangan yang stabil mutlak diperlukan oleh sebuah negara berdaulat. Kenali bahwa kestabilan tersebut merupakan proses dinamis dan berkesinambungan."
Perempuan itu mengangguk. Suara pertama tak pernah bisa dibantah. Â Bergegas ia mempersilakan pangggung bagi bahana hatinya itu untuk bergema.
***
Stabilitas Sistem Keuangan adalah kondisi yang memungkinkan sistem keuangan nasional berfungsi efektif dan efisien serta mampu bertahan menghadapi kerentanan internal dan eksternal sehingga alokasi sumber pendanaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi domestik. Stabilitas tersebut adalah keniscayaan yang harus terus diupayakan dari waktu ke waktu. Apalagi untuk negara kepulauan seluas Indonesia.Â