Mohon tunggu...
Razan Tata
Razan Tata Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Hanya seorang pria yang suka menulis banyak hal :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Meja & Kursi

14 Februari 2016   09:04 Diperbarui: 14 Februari 2016   10:14 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

* * *

Paris sudah sibuk oleh manusia pada pagi hari, mulai dari yang bekerja sampai para turis yang sudah turun untuk menikmati setiap sudut kota romantis ini. Champs Elysees juga tidak mau ketinggalan, jalanan selebar kira-kira 8 mobil itu sudah mulai dipenuhi kendaraan yang berseliweran. Sama seperti jalannya, trotoarnya pun juga tidak kalah semaraknya. Di salah satu kursi yang disediakan di sepanjang kawasan trotoar ini, ada sepasang kakek nenek yang bercengkerama sambil saling berbagi roti lapis. Setiap orang tersenyum melewati mereka, bahkan ada juga pasangan yang berhenti untuk meminta wejangan dari kakek nenek itu.

Di salah satu sudut trotoar dan menjorok sedikit ke dalam, Café Barbara sudah ramai dipenuhi pengunjung. Banyak yang menikmati kopi sambil membaca koran pagi. Di lantai dua tidak seramai di lantai pertama, hanya ada beberapa pengunjung. Mungkin sekitar 15 orang.

“Dia tampak berbeda kali ini,” kata Kursi.

“Setuju! Dia sangat rapi,” kata Meja sambil melihat pria itu. Jas hitamnya berpadu serasi dengan kemeja putih lengkap dengan dasi berwarna merah. Celana jeans yang biasa dipakainya pun berubah dengan celana kain hitam slim yang jatuh pas di mata kakinya. Dan untuk sentuhan terakhir, pria itu mengenakan sepatu kulit hitam yang mengkilat seperti baru.

“Dia juga lebih wangi hari ini, parfumnya cukup menyerbak tapi lembut,” kata Kursi.

Pria itu menyingkap sedikit ujung lengan kemejanya, dia melihat jam tangan hitam Swiss Armynya. Sudah jam 11 kurang seperempat.

“Kira-kira menurutmu ada seseorang yang datang jam 11 nanti?” tanya Kursi.

“Itu yang membuatku penasaran dari kemarin.”

Ponsel pria itu berdering. Dia tampak tegang ketika melihat ponselnya.

“Iya, Bos. Oke…siap,” kata Pria itu sambil mengelap keringat di dahinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun