Mohon tunggu...
Rani juniati
Rani juniati Mohon Tunggu... Lainnya - ada

ada

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jatuh untuk Bangun

9 Februari 2021   21:03 Diperbarui: 3 Maret 2021   20:50 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Meta membalas pak Jarwo dengan senyuman yang sangat lebar. Orang-orang mengiri hidupnya senang dengan ibu tirinya itu. Iya, jelas orang akan mengira seperti itu, karena perlakuan ibu tirinya kepada Meta di depan orang dan di dalam rumah sangat berbeda. Di depan banyak orang ia akan memperlakukan Meta bagaikan seorang putri sikapnya berubah bagaikan malaikat. Tetapi jika di rumah ibu tirinya itu bagaikan ratu iblis.

"Hehe, iya saya hanya ingin mencari suasana baru saja pak." Jawab meta lagi dengan lirih.

Air matanya tiba-tiba menetes lagi, ia memalingkan wajahnya ke jendela mobil. Ia ingin menutupi wajahnya yang basah karena air mata. Ia tidak ingin pak Jarwo mengira ada apa-apa.  Meta terus saja menangis dalam diam hatinya sangat teriris-iris.

Hening. Itulah suasana di dalam mobil pak Jarwo. Kini hanya terdengar suara mesin dan radio yang sudah tidak berfungsi lagi.

"Tidur saja neng, nanti saya akan membangunkan neng jika sudah sampai. Kelihatan nya neng Meta sangat cape ya, jadi gunakan perjalanan ini untuk tidur saja." Ucap pak Jarwo tiba-tiba memecah ke hening.

"Iya pak terimakasih." Jawab meta di sertai dengan senyuman.

Awalnya Meta hanya menatap jalanan, akibat ia kebosenan ia juga akhirnya tertidur juga. Pak Jarwo hanya menatap pilu Meta, ia sebenarnya sangat tahu betul apa yang ia rasakan saat ini. Karena pak Jarwo adalah mantan suaminya bu Winda, yang sekarang menjadi ibu tirinya. Mantan suaminya itu meninggalkan dia demi menikah dengan Surya ayahnya Meta. Setelah beberapa waktu mendengar ibunya Meta meninggal dunia. Winda selalu mendekati Surya. Padahal ia juga memiliki suami. Tetapi karena Winda tergila-gila oleh harta dan tidak ingin lagi hidup melarat bersama suaminya yang hanya seorang supir.

Meta dengan ibu kandungnya itu wajah dan sifatnya sangat mirip sekali, bagaikan pinang dibelah dua. Setiap melihat Meta ayahnya itu selalu terbayang-bayang almarhum istrinya itu. Dan ia sudah berjanji tidak akan menikah lagi. Tetapi karena racuan wanita gila harta itu, ayah Meta terpincut. Ayahnya seperti diguna-guna.

Matahari sudah menampakkan wujudnya dengan sempurna dilangit biru ditambah awan yang indah. Sungguh pagi yang sangat cerah. Sinarnya kini telah menyebar keseluruh penjuru kota Jakarta, memberikan kehangatan di pagi hari untuk semua makhluk hidup.

Pagi telah datang. Artinya aktivitas sudah kembali di mulai. Kendaraan sudah memenuhi semua jalanan kota ibukota, tampak orang-orang sedang berlalu lalang mengawali aktivitas mereka di pagi hari. Mereka terlihat sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Ada yang menuju ke kantor, ada yang menuju sekolah dan banyak lagi.

Tetapi Meta, gadis ini masih tertidur dengan manis nya. Pak Jarwo tidak berani membangunkan gadis itu, gadis itu terlihat sangat letih seperti kurang istirahat. Ia akan menunggu beberapa saat lagi sampai meta terbangun dari mimpinya. Karena ia harus pergi lagi ke desa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun