"Bereskan rumah! Dan ketika ibu pulang semuanya harus sudah beres!" ucapnya.
"Iya bu.." ucap Meta yang terdengar lesu.
Mau tidak mau meta harus mengerjakan semuanya. Tetapi ketika ia sedang membersihkan kamar ayah dan ibunya dulu, ia menemukan kotak. Kotak itu terasa tidak asing baginya. Rasanya seperti de javu. Dari pada ia mati penasaran, ia membuka kotak itu ternyata isinya adalah foto-foto saat ia masih kecil bersama orang tuanya. Tetapi ada seorang laki-laki yang umurnya mungkin lebih lima tahun darinya.
Meta langsung terburu-buru membawa kotak itu ke kamarnya. Ia takut akan ketahuan oleh ibu tirinya. Saat sedang berjalan melewati tangga tiba-tiba terlintas pikiran untuk merantau. Dan ia juga ingin melanjutkan kuliahnya. Ia sudah muak diremehkan oleh ibu tiri dan kakak tirinya. Dan disini juga tidak ada kerabat atau keluarga yang dekatnya. Saudara-saudara nya entah ada dimana. Ia seperti anak ayam yang kehilangan induknya.
Gadis itu mengemasi barang-barang yang menurutnya penting. Untung saja ia masih memiliki uang simpanan. Dan jika nanti ia susah berhasil sukses ia akan kembali lagi kesini dan membawa semua hak dirinya. Bagi meta sekarang ibu tirinya bukan penghambat untuk ia maju, tetapi bagi meta sekarang ibu tirinya adalah orang yang mengharuskan meta untuk bangkit dari keterpurukan betapa kejam nya dunia ini.
"Huh.. huh.. huh.. stop pa, maaf apakah saya bisa ikut sampai ke jalan raya?" Tanyanya dengan deru nafas yang menggebu karena berlari. Ia takut ibu tirinya pulang lalu mencari dan mengejarnya.
"Oh, mangga neng silahkan." Ucap bapak supir yang mengendari mobil bak terbuka itu yang membawa hasil panen untuk dijual lagi ke kota. Biasanya ke kota Jakarta.
Karena di daerah ini adalah daerah pengunungan jadi sangat jarang sekali ada kendaraan. Walaupun dirumah nya ada mobil milik ayahnya tapi ia tidak bisa menjalankannya. Dan tujuannya ia pergi dari rumahnya adalah untuk memulai hidupnya yang baru, ia ingin membuka lembaran-lembaran baru dengan suasana baru, teman baru, tempat baru dan segala hal yang tidak menyakitnya lagi baginya.
"Ngomong-ngomong neng mau kemana ini teh?" Tanya si bapa.
"Saya mau merantau pak, saya ingin memulai hidup baru." Jawab meta dengan sopan.
"Oh, kenapa merantau neng? Bukannya neng anaknya Alm. Pak Surya ya? Hidup neng pasti tercukupi, tidak ada yang perlu neng cemaskan lagi, walaupun bapak sudah tidak ada, tapi harta yang di tinggalkan cukup untuk hidup neng." Tutur pa jarwo.