"Kapan semua kesediham ini akan berhenti mengguyurku tuhan?"
"Aku rindu ayah dan ibu.. aku ingin hidup seperti dulu lagi saat mereka masih ada."
"Begitu berat hidup yang aku jalani setelah ibu dan ayah pergi." Gumamnya lirih dengan air mata yang terus saja mengalir sambil menatap langit malam.
Gadis itu yang tadinya menatap langit hitam yang di taburi bintang-bintang kini menatap jalanan dengan pandangan kosong. Ia menenangkan pikirannya sendiri, tapi tetap saja air matanya terus mengalir dengan deras. Hatinya bagaikan dihujam ombak, rasanya sakit sekali.
BYURRRR!!!!!
Suara tumpahan air membasahi wajah seorang gadis yang masih terlelap dalam mimpi indahnya.
"BANGUN META! SUDAH PUKUL BERAPA INI? DASAR ANAK NAKAL YANG TIDAK TAU DIRI!" ujarnya penuh amarah.
Ya, gadis itu bernama Meta. Nama panjangnya adalah Ameta Putri Anjani. Gadis malang yang hidup dengan ibu tiri dan kakak tirinya yang jahat. Orang tuanya sudah meninggal dunia. Ia selalu berandai-andai. Andai dahulu ayahnya tidak menikah dengan wanita jahat itu. Mungkin hidupnya tidak akan seperti sekarang ini.
Percuma saat ini ia tinggal dirumah besar nan mewah itu. Tetapi tidak mendapat kebahagian. Dulu ia hidup bak seorang putri kerajaan. Tetapi sekarang hidup nya berubah tiga ratus enam puluh derajat. Sekarang ia hidup seperti pembantu. Padahal itu dirumahnya sendiri. Rumah yang harusnya menjadi tempat ternyaman dan tempat berpulang, kini sudah tidak ada lagi kenyamanan dan kehangatan di rumahnya. Terkadang ia sudah muak dan ingin melarikan diri ke ujung dunia, tetapi ia belum pernah menemukan waktu yang tepat.
"HEH! CEPAT BANGUN! APA SATU EMBER AIR TIDAK CUKUP UNTUK MEMBANGUNKAN MU HAH?" bentak ibu tirinya.
Seketika gadis itu terbangun dari mimpinya dengan baju yang basah kuyup kedinginan akibat air siraman dari ibu tirinya. Siren kakak tirinya hanya cekakak cekikik menertawakan meta.