"Itu Adriani, anak bupati yang viral kemarin?"
Adriani menyapu pandangan ke orang-orang yang sedang membicarakannya. Memang pelan tapi terdengar. Mereka memang tak pandai berbisik, pikir Adriani dengan mata basah. Ia beranjak pergi dari kantin itu. Di depan pintu kantin, ia menoleh ke belakang lagi, melihat Delfan yang masih duduk mematung. Untuk pertama kalinya ia melihat Delfan yang selalu ceria itu menangis.Â
Adriani berbalik badan lagi, melangkah jauh dan lebih jauh lagi. Ia takkan melihat ke belakang lagi. Niat hati Adriani  ingin merebahkan segala dukanya dengan menikmati pertemuannya dengan lelaki pujaannya itu, namun ternyata ia kembali menelan mentah-mentah semua duka yang terasa lebih pahit.
Kini ia tidak hanya membenci jus stroberi, namun juga si pembuat jus itu. Delfan tetaplah keluarga pelaku pembunuhan ayahnya. Dia takkan pernah ingin melihat wajah lelaki itu. Ia telah kehilangan minuman favoritnya, sekaligus lelaki pujaannya yang belum sempat ia semai benih perasaannya.
***
"Seorang Bupati Meninggal Usai Dilantik, Diduga Diracun Arsenik"
Sejak munculnya headline berita itu, Adriani tak bisa lagi menyukai jus stroberi. Melihatnya saja dia sudah ingin menangis. Ia ingin menghilang, dari jus stroberi, dari Delfan, dan bahkan dari dunia ini. Ia berharap lahir kembali di dunia yang lain, agar bisa menyukai jus stroberi lagi, dan menyukai Delfan seperti yang ia inginkan.
Sedangkan Delfan tak bisa lagi membuat jus stroberi, apalagi bertemu gadis favoritnya. Kakaknya mungkin tak merasa bersalah, karena rasa bersalah itu telah terlimpah dengan sendirinya ke hidup Delfan. Ia juga ingin menghilang dari dunia, agar dapat bertemu Adriani di dunia yang berbeda, untuk menyemai cinta mereka yang sempat tertunda.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H