Sumber pemicu tidak ditanggapi perlawanan. Rupanya Puisi-puisi mar doyot menempel lekat dalam hati nya dan membuatnya menerima apapun kehendak mar doyot, sebab dianggapnya tidak sampai membuat derita rakyat. Apabila ada kemungkinan menderita-pun akan ia kuasai untuk dirinya sendiri.
***
Buna Sari namanya, perempuan cekatan itu adalah mahasiswi sekaligus aktivis yang getol membela rakyat. Tak terhitung berapa kali ia maju menyuarakan tuntutan atau menuntut kejelasan atas apa yang sedang dilakukan pemerintah saat masa-masa sulit melanda rakyat.
Perempuan yang seakan tidak gentar terhadap apapun. Sudah jadi rahasia umum bahwa orang-orang yang vokal menyuarakan pendapat akan berakhir dengan nasib yang tidak jelas. Tiba-tiba menghilang atau dikriminalisasi tanpa ada kelanjutan usut kasus sama sekali.
Maka dari itu, saat orasi mulai naik menuju puncaknya, Mar doyot akan menyaut mic dari gengaman perempuan ini dan membacakan puisi. Sebuah puisi yang meredam nyala api dan menyulapnya menjadi setenang air danau. Puisi mar doyot pula-lah yang berhasil menghipnotis buna sari sampai-sampai mau diperistri oleh mar doyot.
***
Saban hari kerjaan mar doyot hanya duduk di teras rumah sambil ngopi dan udud. Awal-awal dulu mar doyot bekerja di pabrik konveksi. Tapi setelah ada PHK besar-besaran mar doyot terpaksa menganggur. Walaupun sebenarnya, ia lebih suka santai-santai begitu: Membaca buku, ditemani pisang goreng buatan buna sari, sambil mencecap kopi sebentar-sebentar lalu sebat.
Buna sari tidak kurang sering mengingatkan mar doyot untuk lekas cari kerja, tapi mar doyot hanya membalasnya dengan puisi, kadang-kadang cerpen, kadang-kadang pantun. Mar doyot menganggap uang warisan yang diterimanya tidak akan habis. Sampai pada akhirnya Buna sari melapor sisa saldo kepadanya.
" Uang kita habis mas, tak taulah itu bisa mencukupi kebutuhan kita sampai akhir bulan atau tidak " kata buna sari dengan suara yang menggaung seakan tidak mau keluar dari dalam kuping mar doyot.
" Ah, Itu bukan perkara sulit buna sari. Suamimu ini akan segera menjadi penulis besar"
" Aku telah mengirimkan 500 judul puisi untuk di terbitkan" Kata mardoyot menanggapi
" Puisi?, jangan bercanda mar doyot!"