Feliscia mengaku kesepian walau tinggal serumah dengan mertuanya dan malah bercerita panjang lebar mengenai perlakuan mertuanya itu padanya yang ia anggap merusak mental. Hal itu diperparah dengan kegagalannya memiliki anak.
Menurut feliscia, suaminya tidak menginginkan anak, mertuanya juga tidak menunjukan gelagat ingin menimang cucu. Bahkan sering ngomel apabila anak tetangga bermain dekat-dekat rumah mereka.
Lain dengannya yang senang dengan anak kecil dan orang-orang yang lebih muda katanya.
Dari penjelasannya barusan, saya menjadi yakin bahwa tuduhan saya diawal itu, benar adanya. Saya juga sering mendapati gerak-gerik aneh dari caranya memandang kearah saya, seolah-olah minta diusap lehernya seperti kucing.Â
Akhirnya saya pancing feliscia dengan pertanyaan-pertanyaan yang sedikit mengarah pada dugaan awal saya, dan rupanya disambut dengan cerita yang mengalir begitu saja.
Kadang-kadang ia membisikan cerita itu ke telinga, saya maklum. Sebab akan tabu memperdengarkan keintiman suami istri pada orang asing.
Rupanya sekarang feliscia sudah percaya pada saya sepenuhnya, dan menganggap saya bukan lagi orang asing. " Sampean Pemuda yang manis" katanya memuji.
Saat saya ganti bercerita tentang buku yang sedang saya baca, mengenai fanton drummond yang senang memperlakukan tubuh olenka seperti arkeolog membaca peta.
Mata feliscia berkerlip-kerlip, ada bintang di kedalaman matanya, seolah-olah baru menyadari bahwa manusia dapat melakukan hal-hal seindah itu dalam bercinta.
Menurut feliscia suaminya juga sering menggelar dirinya di sembarang tempat. Pernah juga berkata bahwa felicia memiliki surga, tapi tidak pernah benar-benar menelusuri seperti seorang arkeolog, atau penjelajah mana-pun.
Malah lebih senang srudak-sruduk seperti badak ngamuk, dan itu dulu sebelum akhirnya suaminya lebih senang lembur.