Mohon tunggu...
Rangga Aris Pratama
Rangga Aris Pratama Mohon Tunggu... Buruh - ex nihilo nihil fit

Membaca dan menulis memiliki kesatuan hak yang sama, seperti hajat yang harus ditunaikan manusia setelah makan dengan pergi ke toilet setiap pagi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Pelarian

23 Maret 2022   15:02 Diperbarui: 31 Maret 2022   12:48 741
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pxhere.com/man-light-black-and-white

Saya sedang mengasihi annelis melema istri minke itu, sungguh perempuan rapuh dengan nasib yang begitu malang.


Seorang istri diambil paksa dari haribaan suaminya sendiri oleh kakak tiri yang sebenarnya tidak menghendaki apa-apa selain afirmasi bahwa dirinya memiliki kuasa untuk melakukan apa saja suka-suka.

Bagaimana bisa manusia berbuat demikian kejam terhadap manusia lain. 

Bagaimana seseorang mengaku bahwa dirinya memiliki hak kuasa terhadap orang lain sedangkan manusia pada hakekatnya terlahir bebas ke dunia ini.

Atas ijin siapa manusia dapat menentukan apa-apa saja yang baik dan tidak baik pada manusia lain, lalu memutuskan "itu keliru", "ini keliru", "sesat" sedangkan semuanya saja tidak tahu apa yang telah dilalui-nya atau apa yang menanti-nya di hari depan.


Pertanyaan berlari-lari dalam kepala saya, mengajak saya memikirkan alasan pelarian saya.

Saya tutup buku, lalu saya masukkan ke dalam tas, dan mengeluarkan buku lain sebagai ganti; Seorang perempuan dengan tas besar datang dan berusaha menjangkau bagasi di atas tempat duduk saya.

Rupanya bagasi kereta terlalu tinggi baginya. Sampai-sampai pusarnya mengintip dari balik kaos ketatnya yang tersingkap sebentar.

Saya perhatikan perempuan itu punya kulit bagus, bentuk pusarnya bukan yang bodong.

Badannya terlihat prima dan cukup berisi; belum sampai disebut gemuk, sintal begitu mungkin penamaan yang tepat.

Akhirnya saya jadi merasa rugi menganggurkannya begitu saja. Saya sigap pasang badan, dan dengan sekerjap tas besar itu sudah nangkring pada bagasi kereta. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun