" wuhu, darah dan lendir "
teriak peri air " ayo,ayo keluarkan lagi"
" aduh sakit, perih sekali" celetuk pohon ketapang
" berhentilah mengeluh, lihatlah perempuan itu jauh lebih kesakitan. Barang kali ia sedang menanggung kesakitan seluruh umat di muka bumi sekarang ini"
Perempuan itu meregang kencang, melonglong seperti serigala sambil merengkuh pohon ketapang dan mencabik-cabiknya. Kemudian muncul suara seperti seorang sedang bersenandung, vocalnya tidak terdengar jelas tapi nadanya begitu indah kedengaran.Â
Pohon-pohon ketapang tertidur mendengarnya, peri air hampir membeku sedangkan perempuan itu meong-meong.
" Saya kira itu mudigah nabi, kau akan melahirkan seorang nabi nona " peri air sumringah memberi tahu " ayo lekas mengejan"
Perempuan itu mengerang panjang, dan benjolan di perutnya perlahan turun kearah lutut. Kemudian terdengar sentakan seperti peluru yang berhasil di tembakan.
" Haaakh!" suara perempuan itu tertambat di tenggorokannya, suara lain meneruskan dengan lebih nyaring. Suara tangisan yang paling nyaring yang pernah di dengar oleh telinga.
Pohon - pohon ketapang terbangun kaget. Bahkan manusia-manusia yang sedari tadi sibuk dengan kelakuannya sendiri-sendiri mulai terusik dengan tangisan itu dan mencari-cari sumber dari suara.
Tentu saja mereka kaget bukan kepalang saat menyadari sumber suara tangisan itu datang dari sebuah pantulan genangan air yang letaknya persis di sebelah pohon ketapang.