Mohon tunggu...
Rangga Aris Pratama
Rangga Aris Pratama Mohon Tunggu... Buruh - ex nihilo nihil fit

Membaca dan menulis memiliki kesatuan hak yang sama, seperti hajat yang harus ditunaikan manusia setelah makan dengan pergi ke toilet setiap pagi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Pantulan Mudigah

15 Maret 2022   15:00 Diperbarui: 19 Maret 2022   11:47 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

" Astaga ! apakah mudigah yang ada di kandung badannya sudah siap menjadi bakal peranakan"

Kata peri air

" Gawat !" sahut pohon-pohon ketapang serempak

" Benar-benar gawat"

Perempuan itu meregang, bajunya hampir robek karena di tarik oleh tanggannya yang menggengam kencang.  Ia ingin berdiri dan berlari-lari tapi benjolan itu menahannya.

Terpaksa ia hanya duduk, bersandar pada pohon ketapang dan sekali-sekali memeluknya. Kemudian perutnya kembali membesar lebih besar dari sebelumnya, perempuan itu terlihat sangat kesakitan dan tangannya mencakar-cakar pohon ketapang di rengkuhannya.

" wah wah wah, dulu saya menjadi saksi janji saidjah pada adinda dan kamerad kliwon pada alamanda sekarang jadi saksi perempuan bunting yang akan melahirkan monster" berkata pohon ketapang

" jelas itu mudigah monster" kata peri air

Perempuan itu jelampah di trotoar, tak mampu lagi menopang beban yang ada di perutnya itu. dirangkulnya pohon ketapang sampai ampun-ampun kesakitan.

Tangannya yang satu lagi mencakar-cakar permukaan pohon ketapang sampai kulitnya mengelupas, sepertinya ingin membagi kesakitan yang sama pada pohon ketapang itu.

Setelah itu terdengar long-longan mirip serigala keluar dari mulut perempuan itu lalu berganti erangan macan kumbang dan apabila benjolan di perutnya sedikit mengempis akan terdengar seperti kucing mengeong.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun