“ Oh iya, nenek tinggal sebentar ya ” kata sang nenek sambil berlalu pergi menghampiri ibu guru yang masih ada di atas sepeda motornya.
“ Ibu guru, saya mau bertanya mengenai kusumawardhani ” kata sang nenek tanpa basa-basi.
“ Iya bu, saya tahu masalah itu dan saya minta maaf karena tidak mampu berbuat apa-apa. Bu, lebih baik nanti kita bicarakan masalah kusuma sepulang sekolah saja ya, saya janji akan datang kerumah ibu.”
Jawab ibu guru buru-buru ingin mengakhiri percakapan. Dari gerak-geriknya terkesan bahwa ibu guru takut terhadap seseorang dan berhati dalam berucap.
“ Kue-kue kusumawardhani biar saya beli semuanya saja.”
Kata ibu guru menambahi, ibu guru tampak merenung dan merasa bersalah.
“ Alhamdulillah, terimakasih banyak bu guru, kalau begitu saya tunggu dirumah ya, saya nitip kusuma” Pesan nenek kusumawardhani mengakhiri percakapan mereka.
Sang nenek kemudian menghampiri kusumawardhani dan berpamitan padanya sambil memberikan kardus berisi kue-kue itu kepada ibu guru.
Siang hari-nya kusumawardhani diantar pulang oleh ibu guru. Neneknya menunggu di depan pintu sambil duduk, ia terlihat cemas namun memancarkan kepercayaan pada matanya.
Bu guru itu menepati janjinya, bahkan berbaik hati mengantar cucunya pulang. Walau tidak tampak cemas, kusumawardhani masih terlihat memikirkan sesuatu.
Siang itu untuk pertama kalinya kusumawardhani memiliki teman makan semeja selain neneknya, ibu gurunya.