Mohon tunggu...
Rangga Aris Pratama
Rangga Aris Pratama Mohon Tunggu... Buruh - ex nihilo nihil fit

Membaca dan menulis memiliki kesatuan hak yang sama, seperti hajat yang harus ditunaikan manusia setelah makan dengan pergi ke toilet setiap pagi.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Makhluk Tamak Yang Namanya Tidak Boleh Di Sebut

28 Januari 2022   14:30 Diperbarui: 19 Maret 2022   11:31 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
daniel-gregoire-tkr3hrdxdrk-unsplash-min

Sesungguhnya menjadi tamak di jaman ini sudah tidak relevan lagi. Bukankah setiap polah tingkah kita tidak lebih berarti dari hembusan angin yang menyentuh tepian topi tanpa mampu mendorong.

Bagaimanapun seluruh kejadian mengerikan di jagat ini tidak akan mampu membuat mampus manusia-manusia tamak ini. 

Mereka telah menggiring kejadian buruk ketempat yang mereka setujui dengan bertolak pinggang saja sambil menunjuk jijik dengan jari telunjuk mereka.

Senjata mereka beragam sekali dan diikat dengan sihir uang , mulai dengan monopoli, lobi-lobi, globalisasi, digitalisasi lain-lain macamnya bahkan yang terbaru adalah bom asap yang mampu mengelilingi jagat tanpa terlihat dan menyebabkan flu.

Andaikata itu adalah tanda yang dijanjikan nabi, tentu manusia yang lepas nyawanya saat peristiwa itu terjadi adalah manusia-manusia pilihan tuhan yang diberkati untuk tidak ikut menyaksikan kengerian hari akhir yang di janjikan, dan jika bukan maka terkutuk lah pembuat senjata laknat tersebut.

Sesungguhnya manusia-manusia tamak ini tahu belaka mengenai hari yang di janjikan itu, dan mereka mengamini hal tersebut. Maka dari itu yang hendak dilakukan mereka saat ini adalah menggali lubang-lubang di dalam tanah seperti tikus bau, untuk setidaknya menyelamatkan diri mereka dari keruntuhan terbesar yang akan terjadi pada hari yang di janjikan tuhan.

Padahal sesungguhnya manusia tamak inilah yang telah mencipta senjata yang mengerikan dan membawa manusia lebih dekat menuju hari akhir, lantas sekarang mereka berbondong-bondong mencari keselamatan untuk diri mereka sendiri.

Walau demikian senjata terbaik mereka yang telah ada selama ini adalah uang, uang adalah puncak dari segala kebudayaan. Mahakarya akal budi manusia yang di cintai walaupun tanpa membalas cinta sekalipun.

         Leluhur dan roh-roh gentayangan menangisi anak cucu keturunan mereka , mereka memandang dari awang-awang dan pandangan mereka jatuh lurus ke jagat yang kacau balau seperti sekarang.


” Peran kalian tidak lebih dari sebuah properti yang ditata kedalam set diorama yang sedemikian rapih. Mustahil beralih peran bahkan menjadi seorang figuran sekalipun.

Pola-pola di buat untuk memantau dan mengendalikan, memisahkan sampah dengan sampah lain yang lebih busuk. Kalian dan mereka akan terpisah jauh sehingga bungkus mereka yang tamak ini tetap higenis tanpa kuman dari kalian setengah sel pun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun