perang telah usai. Agenda – agenda tipu daya telah terlaksana. Prajurit-prajurit yang selamat kembali ke dalam pelukan wanita mereka membawa pulang birahi yang meledak-ledak.
1918,Meninggalkan kengerian medan perang yang dingin sekaligus panas oleh kobaran semangat menggempur.
Bunyi ranjau darat yang menyentak, bedil-bedil, kapal laut dan kapal udara dan meriam dan teng berdengung melipir menjauh.
Seragam lusuh yang lekat dengan bau mesiu dan darah amis dari medan tempur di tanggalkan.
Dimasa damai laki-laki dan perempuan tidak saling memilih, hanya berjalan lurus membawa mata nyalang mereka kemudian mencumbu siapa saja dalam jangkauan.
Direngkuhnya wanita-wanita itu dengan hasrat yang menggunung seperti bisul yang siap meletuskan cairannya sampai muncrat dan meleleh.
Seluruh negeri berpestapora.
” Perang telah usai, perang telah usai ” seru hampir seluruh umat.
Euforia dan gelora jiwa terus saja mekar setiap kali membuka mata, bahkan mereka ingin lama-lama menunda tidur demi menikmati jagat ini sedikit lebih lama bersama martini dan lantunan jazz yang lembut.
Musik-musik mengalun berputar-putar bahkan dalam kepala seorang bayi sekalipun.
Terutama Jazz yang berkembang sangat pesat, melahirkan aliran irama baru yang segar.