Mohon tunggu...
Ramdhani Nur
Ramdhani Nur Mohon Tunggu... karyawan swasta -

lebih sering termenung daripada menulis...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Melianus, Ko Lihat Pak Guru? (Untuk Albertus Fiharsono)

12 Juli 2011   07:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:44 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Aih, kenapa? Di Jakarta banyak pencuri kah?” tanya Melianus polos.

Tawa Agnes lepas. “Bukan! Tapi di Jakarta tak ada banyak orang seperti kalian.”

Melianus dan Yokomina tersenyum-senyum sendiri seperti mengerti. Bagi mereka sangat jelas. Tak bisa semena-mena mengambil hak milik orang lain. Bahkan tak cuma pada benda; pada air, hutan, atau laut selalu ada penghormatan terhadap sang pemilik sejati. Karena penyangkalan terhadap itu, sama saja dengan mencuri.

“Hem…, kalian manis juga kalau lagi tersenyum begini. Sebentar!” Agnes meraih Tablet itu. Diangkat, lalu dihadapkan pada wajah keduanya. “Saya foto, ya!”

“Eh, tra usah Nona…,” tolak Melianus diikuti wajah gelisah Yokomina. “Sa pu muka jelek!”

“Nona ini tra minta ko jadi tampan. Dia cuma minta ko bagi ko pu senyum!” bujuk Pak Albert berkelakar.

“Oke, ya! Sekali aja! Yokomina, ayo dong…!”

“Sa malu Nona…”

Agnes tak memedulikan. Dirapatkan bahu keduanya. Kini tubuh mereka duduk berdempet. Wajah mereka sama dihiasi senyum yang malu-malu.

“Siap, ya!” Jarak dua langkah dari mereka Agnes memainkan jemarinya. “Satu…! Dua….! tiga!”

Trik!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun