Terkumpullah dua senyum tulus itu tercetak dalam wajah-wajah kearifan dan kesederhanaan hidup ke dalam layar. Jujur tanpa hipokrasi. Suci tanpa manipulasi. Agnes mengamati nilai-nilai itu dalam bingkai Tablet yang menyembulkan wajah Melianus dan Yokomina. Sungguh sebuah gambaran yang luar biasa.
Matahari mulai turun. Bayang-bayang dari pohon beranda depan jatuh menutup atap rumah. Makin riuhlah sore itu dengan tawa dan obrolan hangat yang terlontar di antara mereka. Memang begitu alam bekerja. Tak peduli di belahan dunia mana, bahasa cinta dan persahabatan akan mudah terucap dan tersampaikan. Tak mengenal batas. Tak mengenal warna.
*****
Sumber Gambar : http://nustaffsite.gunadarma.ac.id/blog/ati/2008/05/29/papua/comment-page-1/