Â
Konsep Diri Ki Ageng Suryomentaram dalam Kawruh Jiwa
Â
Ki Ageng Suryomentaram menjadikan dirinya sendiri sebagai obyek dari penelitian dan pencariannya tentang eksistensi manusia atau kebebasan individu yang berawal dari kegelisahan yang dialami dan dirasakan sendiri. Sehingga kawruh jiwa merupakan hasil pemikiran sekaligus konsep yang telah berhasil ditemukan oleh Ki Ageng Suryomentaram yang diikuti oleh para pelajarnya dan menjadi bahan perbincangan oleh para pengamat bahkan seorang peneliti dari Prancis Marcel Bonneff dan Someya Yoshimichi, seorang antropolog dari Jepang menerbitkan tulisan mengenai sosok Ki Ageng Suryomentaram dan pemikirannya.
Ilmu jiwa yang menjadi pemikiran Ki Ageng Suryomentaram ini memiliki bangunan pokok masalah bangunan kejiwaan dari "aku kramadangsa""yang bisa diartikan nafs, self atau diri. Setiap manusia merasakan namanya sendiri, jika ia bernama Syarifah, maka ia merasa""aku si Syarifah". Rasa nama tersebut diistilahkan "kramadangsa", jadi rasa kramadangsa inilah rasa jiwa.
Kawruh Jiwa adalah pengetahuan untuk mengetahui sifatsifat jiwa. Inti ajaran Kawruh Jiwa adalah"metode untuk memahami diri sendiri (meruhi awakipun piyambak) secara tepat, benar, dan jujur. Ketika seseorang telah mampu memahami dirinya secara tepat, benar, dan jujur, maka dengan sendirinya ia juga akan mampu memahami atau mengerti orang lain dan lingkungannya dengan tepat, benar, dan jujur, sehingga ia dapat hidup damai dan bahagia. Keadaan tersebut disebut Ki Ageng dengan kehidupan bahagia sejati, yaitu kebahagiaan yang tidak bergantung pada tempat, waktu, dan keadaan"(mboten gumantung papan, wekdal, lan kawontenan)
Memahami pengetahuan "merasa" adalah inti yang ingin disampaikan dari ajaran Ki Ageng Suryomentaram, Ki Ageng Suryomentaram tidak menuntut kawruh jiwa  disejajarkan dengan agama, karena Ki Ageng Suryomentaram dengan terang menyatakan  "kawruh jiwa punika kawruh raos. Kawruh jiwa punika dede agami lan dede wulangan awon-sae, ingkang ngangge pepacuh "Aja mangkono lan kudu mangkono" lan dede lampah-lampah utawi sirikan. Dados kawruh jiwa punika kawruh, ingkang meruhi dhateng jiwa lan sawateg-wategipun, kados dene kawruh kewanlan kawruh tetaneman lan sapanunggilanipun, lan sawategwategipun."
Kawruh Jiwa bukanlah sebuah pelajaran mengenai baik dan buruk dan bukan perintah atau larangan untuk melakukan sesuatu. Tetapi, Kawruh Jiwa merupakan ilmu yang berguna untuk melihat, memahami, dan mengerti mengenai jiwa dan segala sifat yang terdapat dalam diri manusia.
Salah satu ajarannya yaitu bungah-susah (bahagia-susah). Suryomentaram menjelaskan bahwa setiap manusia akan merasakan senang dan susah. Adapun keadaan senang hanya bersifat sementara dan kemudian akan kembali merasakan kesusahan. Karena rasa manusia bersifat tidak abadi. Perubahan rasa tersebut disebut sebagai mulur (rasa senang) dan munkret  (rasa susah).
Manusia akan selalu merasa senang apabila keinginannya telah dapat tercapai. Ketika keinginannya telah tercapai maka ia akan menginginkan hal yang lain. Pada intinya manusia akan selalu mempunyai keinginan-keinginan lain untuk mempersenang dirinya sendiri.
Adapun munkret yaitu rasa sedih dan kecewa bahkan marah ketika keinginan manusia tidak tercapai. Munkret memiliki dua pengertian. Pertama, menurunkan level keinginan dari yang tinggi ke yang rendah ketika keinginanya tidak tercapai. Kedua, merasa susah karena setiap keinginannya tidak tercapai.