Mara:"buat apa?" tanya Mara dengan antusias.
Kakek :" bisa didaur ulang, ngadamel kerajinan, atau dijual ka bandar (membuat kerajinan atau dijual ke Bandar).
Mara :" Maaf ya kek, Saya lihat kakek begitu bahagia melakukan pekerjaan ini, apa sih yang membuat kakek begitu bahagia,".
Kakek :" Nya jelas atuh jang, nanaon ge kudu ikhlas jeung kudu bahagia (apapun itu harus ikhlas dan harus bahagia,". Kakek berhenti sejenak, badanya mengarah kepada Mara, Kakek menatap wajah Mara. "lamun urang bahagia, tanda na urang bersyukur, (kalau kita bahagia, tandanya kita telah bersyukur)."
Mara mengangguk dan begitu fokus memperhatikan kakek-kakek tersebut yang bicara dengan lancar dan berlumur madu. Membangkitkan motivasi Mara untuk terus mengajukan pertanyaan.
Kakek:" Kebahagiaan itu terletak didalam diri kita, bukan dari luar diri kita jang,"
Mara :"Maksudnya Kek ?" Mara bertanya.
Kakek :"soal kebahagiaan itu, kitalah yang mengendalikan, bukan kita yang dikendalikan,".
Mara :" saya masih kurang paham kek,".
Kakek :" Begini nak, Kekayaan itu berada diluar diri kita (pengendalian diri) sedangkan pengelolaan kekayaan berada dalam diri kita. Jika kita menganggap bahwa kita bahagia dan selalu bersyukur pada sang maha pencipta. Maka kekayaan yang tidak seberapa itu, akan menjadi hal yang luar biasa. karena kenapa ? kita menganggap nya cukup dan bersyukur. Baru kita bisa dikatakan bahagia, tapi sebaliknya jang, apabila kita merasa kurang dengan kekayaan yang telah tuhan berikan, sampai kapanpun kita tidak akan merasakan kebahagiaan,".
Mara :"kenapa bisa kek?".