Mara mengangkat alis matanya, semakin penasaran dan menunggu kata demi kata yang keluar dari mulutnya.
Orang kaya :"Bukan hanya kamu ko," orang kaya itu menunjuk Mara, lalu melanjutkan pembicaraannya "puluhan orang, bahkan ratusan orang selalu membicarakan hal yang sama, bahwa mereka semua terobsesi ingin menjadi saya. bergelimpangan harta, bisa memiliki semua apa yang saya mau, apapun itu. Namun kamu perlu tahu Mar, justru aku tidak bahagia. Tidak seperti apa yang kamu kira," .
Mara kaget, Mara terheran-heran, bagaimana bisa orang ini yang berada dihadapannya yang mengenakan baju polos putih, dengan kacamata menggantung diatas hidung nya yang mancung, laksana mafia-mafia yang ada di film-film action, mengatakan bahwa dia tidak bahagia.
Mara bingung, apakah dirinya tidak salah dengar.
Mara :" Bagaimana mungkin Bapak tidak bahagia ? bukankah Bapak bisa mendapatkan segala apa yang Bapak mau! " kata Mara dengan tingkah konyolnya yang merasa kebingungan.
Orang kaya :" Kau memang benar Mar, tepat sekali, saya tidak memiliki hambatan, bahkan sekecil paku pun tidak nampak sebagai penghalang, tidak ada, jelas-jelas tidak ada, untuk membeli semua apa yang saya inginkan, tapi hal ini tidak menjamin bahwa saya bisa hidup bahagia Mar,".
Mara :" bentar...bentar pak, ini ada sedikit kejanggalan, Bapak punya mobil mewah, rumah pun megah, istri pun bisa saja nambah," Mara senyum, dan melanjutkan pembicaraanya. "Apakah hal ini tidak membuat anda bahagia ?"
Orang kaya :"Kekayaan tidak menjamin membuat saya bahagia, justru saya semakin cemas".
Mara :" Cemas ?".
Orang kaya :" Iya cemas" orang kaya itu meyakinkan. " saya cemas, bagaimana jadinya apabila suatu saat nanti, rumah saya dirampok, kebakaran dan yang lebih parah, saya mengalami  kebangkrutan,".
Kopi hitam semakin dingin, Obrolan makin memanas. Orang kaya kembali menghisap rokoknya yang mulai pendek.