Mohon tunggu...
R Hady Syahputra Tambunan
R Hady Syahputra Tambunan Mohon Tunggu... Sales - Karyawan Swasta

Pemerhati Politik Sosial Budaya. Pengikut Gerakan Akal Sehat. GOPAY/WA: 081271510000 Ex.relawan BaraJP / KAWAL PEMILU / JASMEV

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Yuk Cek Prestasi Anies Baswedan (2), Menguji Nalar Kompasianers

9 Juni 2019   08:55 Diperbarui: 9 Juni 2019   11:42 4260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penulis memahami rasa benci (hate) adalah salah satu sifat dasar manusia. Namun jadi masalah bila berkembang menjadi suatu sikap yang dipupuk berketerusan, terfokus dalam fikiran, dan menjadi tolok ukur dalam memandang semua persoalan.

Pada akhirnya yang terjadi adalah hilangnya sikap dan kemampuan nalaristik. Semua hal positif pun dapat menjadi negatif dalam pandangan si pelaku.

Sekarang mari kita urai penyebab dari perilaku kebencian. Perilaku ini tidak serta merta diduga karenaafaktor genetis. Pendidikan dalam keluarga dan pergaulan sosial berpengaruh pada sikap dan mental terkait psikologi yang bersangkutan.

Psikolog humanistik carl rogers berkeyakinan bahwa emosi negatif berasal dari kurangnya penghargaan positif dalam kehidupan individu,khususnya yang diberikan oleh orang tua selama masa kanak-kanak. (Wiki)

Abraham maslow(1968) juga memperlihatkan bahwa berbagai ketakutan keraguan kita mengenai diri sendiri berakar dari ketidak matangan dan kebencian.ia berfokus pada berbagai kebutuhan akan keamanan yang tidak terpenuhi sebagai penyebab terjadinya orang dewasa yang neurotik. Seperti rogers maslow bersikeras berpendapat bahwa kejahatan dan kebencian bukan lah sisi mendasar dari kepribadian seseorang melainkan merupakan akibat dari defisiensi lingkungan. (Sumber:Belajarpsicology)

Terkait lingkungan, ilmuwan tersebut menjelaskan teori berdasarkan kehidupan sosial di masa dia hidup. Secara umum teori ini benar dan tidak ada yang membantahnya.

Penulis punya berpendapat lain bahwa ada gejala perilaku sosial baru dijaman kemajuan dunia teknologi seperti jaman sekarang semisal: penyebaran informasi hoaks dan hatespeech yang dilakukan lalu diterima person lain secara kontiniu dan tidak mampu disaring akibat kurangnya informasi atau kecerdasan.

Bila terus berulang maka dampaknya adalah pelaku dan penerima akan berubah sikap dan paradigma yang dimiliki sehingga terjebak pada sikap 'kebencian akut'.

Misalnya kebencian pada simbol 'iluminati'. Ketika Ridwan Kamil merancang masjid dengan segitiga dan bundaran, haters langsung mengaitkan beliau dengan jaringan iluminati dan yahudi.

Walaupun bisa saja diyakini secara teori dan fakta, namun terkadang hal2 yang tidak bersangkut paut akhirnya dikait2kan. Ini dapat menambah rasa permusuhan akibat kebencian pada lawan politik dan kelompok yang berbeda.

Contoh lainnya adalah ketika Anies Baswedan memberi izin Monas terbuka untuk kegiatan ibadah dan Anies menggelar takbiran keliling. Haters menghajar dengan tuduhan Anies sedang mempolitisasi agama dan hanya berpihak pada 1 kelompok saja.

Tangkapan layar kompasiana. Prestasi2 anies yang tidak dilihat. Mungkin karena like and dislike. Lengkapnya baca: https://www.kompasiana.com/ramadhanhadysyahputratambunan/5cfb7a960d823007db66d4f5/melulu-dihujat-cebongers-yuk-cek-prestasi-anies-baswedan
Tangkapan layar kompasiana. Prestasi2 anies yang tidak dilihat. Mungkin karena like and dislike. Lengkapnya baca: https://www.kompasiana.com/ramadhanhadysyahputratambunan/5cfb7a960d823007db66d4f5/melulu-dihujat-cebongers-yuk-cek-prestasi-anies-baswedan
Mereka menuduh sambil pura2 buta akan fakta ketika pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru Anies pun memberi perhatian yang sama. Anies memastikan rasa aman juga kelancaran perayaan keagamaan tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun