Pembelajaran berbasis masalah adalah cara belajar di mana masalah memegang kendali. Masalahnya adalah titik awal belajar. Masalah yang dibuat dapat mendorong siswa untuk belajar lebih banyak ketika mereka dapat menyelesaikannya. Mengidentifikasi masalah, mengumpulkan informasi, menemukan solusi, memutarkan pilihan, dan menghasilkan kesimpulan adalah semua tugas yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencari jawaban yang benar.
Siswa akan memperoleh pengalaman dan pengetahuan baru jika mereka dapat menerapkannya. Pemahaman dan perasaan seseorang membentuk cara mereka berkonsep dan berperilaku dalam matematika. Pembelajaran berbasis masalah dimulai dengan sesuatu yang tidak terorganisir. Siswa menemukan masalah nyata dari kekacauan ini dengan berbicara dan melakukan penelitian.
Dari beberapa penjelasan mengenai karakteristik proses Problem Based Learning dapat disimpulkan bahwa tiga unsur yang esensial dalam proses Problem Based Learning yaitu adanya suatu permasalahan, pembelajaran berpusat pada siswa, dan belajar dalam kelompok kecil.
C. Ciri-Ciri Pembelajaran Berbasis Masalah
Oleh karena model pembelajarannya sangat beragam, mereka harus diidentifikasi dengan beberapa karakteristik untuk membedakannya satu sama lain. Berikut adalah beberapa ciri-ciri yang dimiliki model pembelajaran berbasis masalah:
Pertama, PBL terdiri dari berbagai tahapan, seperti evaluasi, implementasi, dan perencanaan. Diharapkan siswa tidak hanya mendengarkan , mencatat , dan menghafalkan materi pelajaran sambil belajar , tetapi juga berpartisipasi aktif dalam proses berpikir , berkomunikasi , mencari , mengolah data , dan mengambil kesimpulan . Akibatnya siswa akan lebih memilih aktif dan berpartisipasi dalam proses pembelajaran dibandingkan hanya berdiam diri dan menunggu hasil orang lain.
Kedua, Pembelajaran berbasis masalah mengutamakan penyelesaian masalah. Akibatnya, pembelajaran tidak dapat dimulai sampai masalah yang ditentukan. Pendidik harus memberi siswa kesempatan untuk menemukan masalah mereka sendiri. Mereka harus memilih masalah yang dekat dengan kebutuhan mereka sehingga siswa mencoba mencari solusi sendiri dengan menggunakan buku atau sumber lain. Setelah beberapa langkah, siswa harus berfikir dalam memecahkan masalah dan mencari sumber informasi yang relevan dalam kerangka ilmiah, sehingga ini benar-benar menjadi pembelajaran.
Ketiga adalah pembelajaran yang terjadi dalam kelompok kecil. Hal ini dilakukan agar terjadi interaksi ilmiah dan pertukaran ide untuk membangun pengetahuan secara kolaboratif. Kelompok membutuhkan pembagian pekerjaan dan tujuan yang jelas.
Keempat adalah Guru bertindak sebagai fasilitator; Dengan kata lain, guru hanya memfasilitasi selama pelaksanaan PBM. Namun demikian, guru harus terus mengawasi aktivitas siswa untuk mencapai tujuan mereka.
Pembelajaran berbasis masalah memiliki beberapa ciri-ciri, menurut Ibrahim :
1.Pembelajaran pertanyaan atau masalah