Imron menyenggol lengan Jairon. Mengingatkan agar jangan tersulut oleh ucapan Pakde Sukron.
“Begini, Ron. Pakde mau jelaskan. Wasit itu cuma menjalankan tugasnya untuk memimpin jalannya pertandingan. Mereka-mereka itu, para wasit, dipilih bukan tanpa alasan. Sebagai wasit, mereka tahu betul apa yang harus mereka lakukan. Mereka sudah berpengalaman. Ngawur sekali kamu kalau menyalahkan wasit.”, tutur Pakde Sukron.
Imron dan Jairon membuka papan catur. Mereka malas menanggapi Pakde Sukron dan memilih bermain catur.
“Tapi, ada lho, Pakde, wasit yang curang. Sampai wasitnya mau disogok.”, sahut Cak Met.
“Iya ada Cak Met. Tapi kecuali wasit yang memimpin laga pertandingan tadi.”, kata Pakde Sukron.
“Kalau bukan karena wasit, lantas faktor penyebab kekalahan Tim Peresaja FC apa, Pakde?”, tanya Cak Met.
“Faktor mental dari para pemainnya, Cak Met. Selebihnya, hanya Tuhan dan mereka yang tahu. Sekarang bikinkan dulu jahe anget.”, kata Pakde Sukron.
“Siaaap! Pakai gula, Pakde?”
“Setengah sendok saja gulanya, Cak Met.”
“Dron, mau ke mana lagi kamu?”, tanya Cak Met melihat Sodron bangkit dari duduk.
“Pulang Cak Met. Es teh sama rokok satu batang tadi hutang, sik.”, ucap Sodron.