“Dron, ngapain tadi pulang, kalau kamu balik lagi?”, tanya Cak Met.
“Habis bayar kekalahan, Cak Met.”, ucap Sodron mengambil sebatang rokok eceran di kaleng. Wajahnya tampak begitu kusut.
“Setor ke Handoko lagi, Dron?”, tanya Imron.
“Kalah berapa, Dron?”, Jairon penasaran.
“Kalah akeh!", jawab Sodron, "Cak Met, buatkan es teh. Gelas besar!”
“Tumben enggak ngopi, Dron?”, tanya Cak Met.
Sodron mendelik.
Cak Met cengar-cengir.
Sudah kesekian kali Sodron mengalami kekalahan dan bangkrut dalam taruhan sepak bola melawan Handoko di setiap pertandingan final. Bagi Sodron, menang kalah dalam taruhan itu sudah biasa. Namun, ia masih belum mau terima kenyataan bahwa uang yang seharusnya dipakai untuk modif sepeda motornya kini ludes untuk membayar Handoko, musuh bebuyutan dalam judi sepak bola.
Sementara itu, terlepas dari kekalahan Sodron, ia masih tak percaya dengan hasil akhir yang menimpa tim Peresaja FC. Betapa ia selalu tidak mujur dengan tim pilihannya itu setiap kali dirinya bertaruh melawan Handoko.
“Apes apa aku ini!”, kata Sodron merutuki nasib.