Hari demi hari kulewati dan tidak terasa aku sudah mau kelulusan yang tandanya aku akan menghadapkan kehidupan yang sebenarnya. Dan aku harus siap menerima pengumuman dari berbagai universitas yang aku masukkan data diriku untuk mendapatkan beasiswa di sana. Dan akhirnya aku diterima di 25 universitas negri di Indonesia dengan beasiswa yang aku ajukan saat itu. Aku sangat senang ketika membuka halaman web beasiswa tersebut satu per satu. Dan aku segera memberi tahu pengumuman ini kepada Ayah dan Ibu.
"Ayah, Ibu, lihatlah aku sekarang!" ucapku  sambil berlari kehadapan mereka.
"Ada apa Ranti?" tanya Ibu.
"Aku diterima di 25 universitas di Indonesia dalam program beasiswa. Ini hadiah untuk kalian berdua dan maafkan aku jika selalu pulang sore dan inilah alasanku," tangisan terharu mengalir di pipiku.
       Mereka terlihat sangat bahagia ketika mendapatkan kabar baik dariku. dan untukmu ayah terima kasih kau sudah berkata jujur padaku. Dan untukmu ibu terima kasih telah mendorong ayah untuk berani jujur kepadaku. Aku tidak tahu bagaimana jadinya jika aku tidak melakukan hal ini sebelum kalian berkata jujur kepadaku.
       Untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi aku memilih Universitas Gadjah Mada karena itulah cita-citaku dari dulu. Dan jarak dari rumah ke univeritas itu tidak terlalu jauh jadi aku bisa menghemat ongkos. Selama menganyam pendidikan di sana aku berusaha untuk konsisten belajar. Aku pun tidak berani untuk macam-macam melakukan sesuatu di kampus ini karena tujuanku harus sukses karir terlebih dahulu dibandingkan yang lain. Dan alhamdulillah aku mendapatkan beasiswa kembali untuk melanjutkan S-2 di luar negeri khususnya dalam program pertukaran pelajar. Dan akhirnya aku bisa merasakan kuliah di luar negeri melalui program pertukaran pelajar.
       Ayah dan ibu sangat bangga karena aku bisa berhasil kuliah di luar negeri tanpa membebankan mereka karena biaya. Aku pun di sana bertemu dengan banyak orang bahkan aku harus menjaga perilaku karena ayah berpesan kepadaku bahwa kita harus mengikuti peraturan yang ada di tempat yang sedang kita singgahi. Dan beruntungnya aku karena ada teman dari Indonesianjuga di sana. Maudi namanya, dia lulusan dari Universitas Indonesia yang sekaligus mendapatkan sepuluh beasiswa di berbagai kampus negeri di Indonesia. Kami pun berbincang-bincang bahkan kami pun bisa disebut satu asrama di sana.
       Maudi selalu mengajarkanku apa arti dari sebuah kesuksesan dan kami pun sering membuat rencana untuk kedepannya terutama untuk negeriku tercinta. Kehdiupanku di sana pun tidak seindah di Indonesia. Mungkin karena aku orang Asia jadi dipandang sebelah mata sehingga sangat susah untuk bergaul di sana. Aku dan Maudi jika ada kelas pun selalu paling terakhir jika dipanggil oleh dosen. Dan kami pun semakin yakin bahwa orang Asia itu sangat direndahkan.
       Suatu hari aku ada kelas dan dosenku memberikan sebuah pertanyaan tentang cita-citamu untuk dunia.
"If you as a president in your country. What do you want to change in your country?" the lecturer asked.
       Seperti biasanya dosenku ini lebih mementingkan mahasiswa di negaranya dibandingkan mahasiswa dari luar sepertiku. Padahal aku menjawab pertanyaan itu sangat cepat dan aku duluan yang mengangkat tangan tetapi yang ditunjuk pertama itu orang lain dan aku selalu ditunjuk terakhir untuk menjawab pertanyaan dosen itu.  Dan kini giliran aku yang menjawab pertanyaan itu.