"Iya Kak."
"Kakak mau jujur bahwa selama ini Kakak suka ke kamu. Kakak rasanya sangat nyaman kalau sedang berduaan denganmu. Apakah kamu sama dengan Kakak? Menyimpan perasaan tetapi malu untuk mengungkapkannya" tanya Alathas.
       Bingung rasanya harus mengungkapkan perasaanku kepadanya karena dia sudah berani jujur terlebih dahulu kepadaku. Dan apakah harus berkata jujur kepadanya karena aku juga memendam rasa yang sama? Ah Tuhan mengapa harus sekarang.
"Sebenarnya ... aku juga sama seperti Kakak. Aku memendamnya sudah terlalu lama sejak pertemuan pertama kita," ucapku dengan lirih.
"Jadi .... Mau bagaimana?" tanya Alathas.
"..." jawabku diam dan hanya menganggukkan kepala.
"Akhirnya, kita bisa bersama. Dan Kakak janji akan merahasiakan hal ini."
       Aku hanya tersenyum lebar di kaca spion yang sebagai tanda bukti aku benar tulus kepadanya. Dan jiwa pembalap dia keluar sehingga diriku hampir terpental tetapi ini seperti disengaja supaya aku berpegangan erat kepadanya.
       Setelah kejadian itu kami selalu bertemu bahkan aku sering diantar pulang olehnya. Hari ini saatnya seleksi tahap kedua, aku sangat siap untuk menjalani seleksi tahap ini. Aku pun mendapat dukungan banyak dari teman-teman bahkan dari Alathas. Selama seleksi berlangsung aku ditunggu oleh Alathas, dia menungguku di luar ruangan. Dan aku pun bisa melihat posisi dia duduk dari dalam ruangan. Muka Alathas terlihat sangat tegang dan sepertinya dia memikirkanku. Padahal jika kau tahu aku itu tidak apa-apa Alathas, aku sangat menikmati seleksi ini karena aku yakin hasil belajarku tidak akan menghianati hasil.
       Sekitar dua jam, akhirnya aku bisa keluar dari ruangan seleksi. Seperti biasa aku tidak pernah memikirkan hasilnya karena aku serahkan kepada-Nya. Dan Alathas pun merasa senang karena aku berhasil menyelesaikan seleksi itu. Aku pun langsung pulang diantarkan oleh Alathas sampai rumah. Hari ini adalah hari pengakuan kami berdua karena kami ceritakan semuanya dimulai dari kekesalan, panggilanku untuk Alathas, cerita saat aku MOS, dan banyak lagi. Dan saat pengakuan itu tiba-tiba dia berkata bahwa pengumuman seleksi program pertukaran pelajar ini diumumkan saat nanti perpisahan.
       Kami pun sampai di rumah dan aku langsung bercerita ke ayah bahwa tadi aku sudah melaksanakan seleksi tahap kedua. Dan respon ayah sangat baik dan dia mendoakan yang terbaik untuk putrinya yang tercinta yaitu aku. Tiba-tiba ibu pun datang dari arah dapur dan ikut mendoakanku juga. Rasanya lega ketika ibu sudah berubah seperti dulu sifatnya.