"Bukan sih," ungkaku.
"Yaudah."
"Terus mau apa di sini? 'kan sudah mau lulus bentar lagi?" tanyaku kembali.
"Ga boleh?" tanya dia.
"Ya boleh," ujarku.
      Dia hanya melirikku setelah aku menjawab pertanyaan dia. Jika dipikir dua kali memang benar sih, ini 'kan bukan sekolahku juga dan fasilitas di sini milik semua warga sekolah di sini. Lagian dia juga pantas ada di seminar ini karena dia ketua Osis di sini. Duh Ranti, bodoh banget dih aku jadi orang. Jadinya 'kan malu sendiri dan yang aku takutkan dari dia yaitu aku takut disangka mencari bahan obrolan sama dia.
      Sepulang dari seminar, guruku langsung menghubungiku bahwa aku harus menghampirinya untuk membahas masalah pertukaran pelajar. Rata-rata guru di sekolahku sudah tahu bahwa aku ingin ikut program seleksi pertukaran pelajar. Bahkan teman-temanku juga rata-rata tahu aku ingin mendapatkan itu sampai aku dijuluki 'naks ambis' yang artinya anak yang ambisius. Namun, aku senang karena aku bisa dikenal banyak orang karena prestasi bukan sensasi.
"Selamat siang, bu, maaf menganggu waktunya. Saya Ranti."
"Siang, oh kemari Ran."
"Baik bu," sahutku.
"Jadi gini, untuk seleksi program pertukaran pelajar itu kan ada dua tahapan. Nah, tahap pertama itu dimulainya senin depan sedangkan tahap duanya itu nanti kisaran satu minggu mau kelulusan kelas 9. Apakah kamu siap dengan seleksinya?" tanya guruku.