"tapi tenang saja saya akan tinggalkan alat dan tiang itu untuk kalian jadi jangan sedih"
Semua warga terlihat enggan untuk kepergianya bahkan banyak yang menawarkan anak perempuan mereka untuk di nikahi terapi semua di tolak.
Malampun datang semua orang warg tidur desa sudah tidak lagi gelap karena sudah ada listrik,namu tetap aku merasa lega si pendatang itu akan pergi aku menutup mataku untuk tidur.
Aku terbangun di tengah malam dan melihat keluar jendela semua warga desa telah berkumpul di lapangan tempat tiang hitam itu berdiri sambil melihat ke atas di sana juga ada ibu dan santo, ketika aku keluar aku melihat ke atan itu adalah bulan namun mengeluarkan cahaya hijau rasanya aku mual hanya dengan melihat bulan itu ketika aku sampai aku menanyakan apa ang terjadi kepada kepala desa.
"pak ini ada apa pak kenapa bulannya hijau"
"ga apa apa kami cuman mau ikut dengannya"
"dengan siapa pak"
Kepala desa tidak menjawab dan tetapi melihat keatasTiba tiba gempa terjadi semua rubah mulai rubuh walau terjadi gempa besar tidak ada yang panik seakan semuanya baik baik baik saja, lalu awan hitam dengan petir merah menutupi langit tetapi tidak menutupi bulan, aku berlari menuju santo.
"eh san ini kenapa pada tenang ini gempa terus mau badai gini"
"ga apa aa jo kita ga perlu lagi nih desa orang kita bakal ikut dia"
Sepertinya dia juga tercuci otak atau sesuatu lalu aku menuju ibuku.
"bu ayo bu sadar ini joko anak ibu"
Kataku sambil memeluk kaki ibuku.