“Yaa karena, aku mau cari rumah” jawab singkat Karina
“Rumah?” tanya bingung Angkasa
Karina menjawab “Iya rumah, tidak ada yang waras di kota ini Sa. Setelah kepergian Ibu sepertinya Jakarta sudah ga layak buat aku tinggali, bahkan jika nanti aku pergi merantau entah kemana mungkin Jakarta masih menjadi tempat yang aku hindari. Anggap aja rumah ku udah hancur bersama kenangan ibu Sa. Jadinya aku mau cari rumah baru deh.”
Karina mengeluarkan embun dari matanya yang sedari tadi tertahan
“Maaf ya Na aku belum bisa jadi rumah yang aman dan nyaman buat kamu, maaf ya Na aku selalu entah dimana saat kamu butuh. Na kalau kamu mau cerita apapun bisa kok ceritain sama aku, aku mohon jangan pernah ngerasa sendiri yaa. Kamu punya banyak orang yang sayang sama kamu, termasuk aku Na. Aku yang kamu anggap teman ini, sebenernya sudah suka sama kamu sejak kita masuk SMA Na. Aku akan selalu dukung kamu Na, aku ga akan ngebiarin kamu sedih sendirian kayak gini lagi.” Jelas Angkasa
Karina tertegun mendengar jawaban sekaligus pernyataan dari Angkasa. Dirinya kini benar benar ingin menangis sesenggukan menyadari bahwa jahatnya dirinya karena tidak pernah melihat hati baik Angkasa.
Disisi lain Angkasa merasa sangat khawatir dan bersalah karrna telah mengatakan hal tersebut, menurutnya tidak seharusnya Ia mengatakan hal itu di kala Karina sedang bersedih seperti itu.
“Maaf ya Na, aku harus ngomong gini. Aku mau bilang satu hal lagi ke kamu Na. dari banyaknya kehilangan, kamu pasti akan selalu dapat menemukan diri kamu sendiri Na. Kalau sekarang kamu masih sedih, it’s okay buat ngerasa kecewa, kesal, marah. Tapi jangan juga berlarut – larut dalam kesedihan itu Na. Cari hal yang buat kamu bahagia Na. Nanti pasti kamu bakal nemuin diri kamu yang semakin kuat setelahnya.” Sambung Angkasa
“Ga usah minta maaf Sa, aku yang harusnya minta maaf karena selalu kamu yang ngertiin aku, aku yang harusnya minta maaf karena belum bisa jadi teman yang baik buat kamu.” Jawab Karina
Harinya yang cerah itu serasa bergetar sendu setalah percakapan hari ini.
Mereka memutuskan pulang, pulang ke rumah mereka masing masing. Karina yang setelah kepergian Ibunya tidak pernah tidak pernah ingin pulang, saat ini Ia teramat ingin pulang berdiam diri di kamar menangis sejadi jadinya.